Naskah Drama WEK WEK

Kamis, 10 Januari 20130 komentar



Lakon [WEKWEK]
October 2
2008
[ Sebuah lakon humor yang berisi kritik sosial]
Lakon komedi satir
Ditulis ulang oleh
Tim Kreatif
Teater AnonimuS
Serang-Banten
teateranonimus@yahoo.com








ADEGAN I
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk                  Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja milikku.

ADEGAN II
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong                 Aku orang berada, apa-apa ada. Juga buah dada, itulah beta. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor, celana berkolor-kolor, film berteknik kolor. Perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III
GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng                 Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. That’s me!
                                Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, that’s me!
                                Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, that’s me!
                                Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, that’s me!

ADEGAN IV

Semar                   Saya jadi lurah sejaak awal sejarah, sudaah lama kepingin berhenti tapi tak adaa yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.
                                Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah.
                                Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak lurah…tak usah…payah.

ADEGAN V
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong                 Jaman ini jaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian.
                                Di terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa.
                                Di dunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara bikin apa.
                                Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta pekerjaan.
                                Aku suruh ngangon bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar lima puluh ekor.
                                Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang telor.
                                Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.
                                Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”
                                Di sini tak ada burung kondor. Dia yang kondor.
                                Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee…dia nyolong.
                                Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani.
                                Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku, dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau. Aku tidak mau main hakim sendiri, apa gunanya pak lurah digaji.

ADEGAN VI
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk                  Orang sudah melarat ditimpa cialat, telor sudah dimakan masih juga digugat.
                                Padahal yang bertelor tidak peduli, apa mau dimakan atau dicuri.
                                Pokoknya aku tiap minggu sudah setor, sekitar lima puluh telor.
                                Waktu menyebrang jalan, datang motor, bebek kabur, satu ketubruk dan mati konyol.
                                Sekarang aku harus menghadap pak lurah mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku lakukan. Menurut versi Bagong dongkolan, siapa menolongku, siapa membantuku?

Gareng                 Apa masalahmu, menangis tersedu-sedu
                                Apa persoalan,merengek tersedan-sedan
                                Jangan takut, aku bukan polisi
                                Bukan maut, juga bukan polusi.

Petruk                  Begitu mulutnya dibuka, mendadak hilanglah duka
                                Permisi, mohon bertanya, kok mau menyapa saya?

Gareng                 aku sedih melihat orang susah. Aku murka melihat orang marah.
                                Aku membantu orang kejepit, kena urusan berbelit-belit.

Petruk                  Ikan dicita, ulampun tiba. Janda dicinta sebab kaya raya.
                                Bapak mau menolong saya yang lagi bingung kena perkara?

Gareng                 Aku diturunkan ke bumi ini dengan suatu misi.
                                Membantu orang yang kena perkara, baik yang perdata maupun pidana
                                Pilih mana, bagi saya sama saja.

Petruk                  Anu pak, ini urusan telor dan bebek.

Gareng                 Ah, telor dan bebek. Bukan telor dan ayam?
                                Di sini telor, di sana telor, sama-sama telor
                                Di sini bebek, di sana ayam, bagiku sama saja.                  

Petruk                  Ya, tapi saya melarat pak.

Gareng                 Ya, saya juga melarat, karenanya harus bekerjasama yang erat.
                                Segala sesuatu dikerjakan dengan mufakat.
                                Misalnya saja tentang honorku, biar bagaimanapun aku ini pokrol bambu
                                Kamu harus hargai profesiku.

Petruk                  Bapak harus sadari profesi saya, yang tidak menghasilkan apa-apa.
                                Harta karun tidak ada, yang ada cemeti dan celana.
                                Ambil saja cemeti, biar nanti saya cari lagi.
                                Jangan ambil celana, nanti saya celaka
                                Menambah lagi perkara, perkara pusaka dewata.

Gareng                 Ini bukan perkara cemeti atau celana
                                Tapi urusan telor dan bebek. Jelas urusan telor dan bebek
                                Telor dan bebek, tor-tor, wek-wek.
Petruk                  Tor-tor, wek-wek? Maksudnya ha?

Gareng                 Ssst! Jangan keras-keras.

MEREKA SALING BERBISIK, KEMUDIAN TERTAWA TERBAHAK-BAHAK, RAHASIA, MENGANDUNG ARTI NAKAL

ADEGAN VII

SEMAR DAN BAGONG MENUJU PETRUK DAN GARENG

Semar                   Sudah di pikir masak-masak?

Bagong                 Sudah. Malah hampir busuk.

Semar                   Kalau di pikir-pikir berapalah rugimu?

Bagong                 Ini bagi saya memang bukanlah persoalan untung rugi. Ini soal kepercayaan saya yang di lukai. Muka saya di ludahi. Sudah di tolong masih mencuri. Saya kurang baik apa? Masih saja orang bilang saya pelit, medit, bakhil.

Semar                   Penghisap, pemeras, penggencet, penyedot, pengepres.

Bagong                 Ya, semua yang tidak beres.

Semar                   Kalau dia mengakui, apa tindakan mu?

Bagong                 Dia harus bayar kerugianku.

Semar                   Kalau dia tidak dapat?

Bagong                 Apa boleh buat, pecat.

Semar                   Lantas apa nasibnya?

Bagong                 Ini urusannya, urusan pak lurah.

Semar                   Kalau ia tidak mengaku bersalah?

Bagong                 Pak lurah atur supaya ia menyerah. Nanti saya atur agar padi pak lurah bertambah.

Semar                   Saya sudah menjadi lurah sejak awal sejarah. Jangan omongamu membuat saya marah.

Bagong                 Maaf pak lurah. Maksud saya sama sekali tidak mempengaruhi hanya si Entong anak bapak kemarin kepingin motor.

Semar                   Kalau dia kepingian, tentu dia ngomong sama saya.

Bagong                 Dia kemarin pesan motor apa saja.

Semar                   Mau tutup mulut tidak? Mau aku depak?

Bagong                 Maksud saya….

DATANG PETRUK DAN GARENG

Gareng                 Eh, pak lurah. Selamat pagi, selamat ketemu lagi. Apa kabar pak cukong? Masih suka membagong.

Bagong                 Pokrol busuk, awas. Jangan sembarangan ngomong.

Semar                   Perkara apa yang kita hadapi, hina menghina atau curi mencuri?

Bagong                 Maaf pak lurah. Dia yang mulai.

Semar                   Gareng, apakau jadi pembela?

Gareng                 Betul. Pembela dan kuasa penuh.

Bagong                 Maksudnya, kalau kalah perkara saudara masuk penjara?

Gareng                 Saya kira, yang akan kalah itu saudara.

Semar                   Baik, kita mulai. Orang mau bicara hanya dengan seijin saya.

Bagong                 Setuju.

Gareng                 Kalau maunya pak lurah begitu.

Petruk                  Bb-bb

Semar                   Bagaimana kau petruk?

Bagong                 Penggugat, terdakwa, tertuduh, tersangka.

Semar                   Kalau mau bicara harus seijin saya.

Bagong                 Maaf, pak lurah. Bagaimana petruk?

PETRUK DIAM SAJA.

Semar                   Jawab petruk.

Gareng                 Maaf pak lurah.

Semar                   Pembela?

Gareng                 Boleh saya bicara?

Semar                   Silahkan.

Gareng                 Sebelum saya minta maaf bagi klien dan pasien saya. Klien, karena ia minta saya sebagai pembelanya dan kuasa usahanya. Pasien, karena ia minta saya menjadi dokternya. Keterangan dan penjelasannya; sewaktu ia datang kepada saya yaitu pada hari kamis legi yang lalu, tanggal 32 september 1999, getaran pada jam 10. 30 menit, 6 detik, 7 detik, 8 detik, 9 detik ricther. Udara 240 C, curah hujan 25 cm, naga di selatan, singa di utara, bintang venus berada di….

Bagong                 Pak lurah saya protes.

Semar                   Kenapa?

Bagong                 Urusan apa itu si Venus? Sebentar lagi si Wati, si Inah, si anu…

Semar                   Protes di terima, pembela….fakta yang langsung berhubungan dengan fenomena dan sebaiknya yang berkaitan dengan perkara.

Gareng                 Walau hak saya di kurangi…. tak apalah. Saudara petruk ini datang pada saya, di kantor saya di kaki enam depan pasar, sebelah kiri toko sepeda, seblah kanan warung tegal, bersebrangan dengan pompa minyak goreng. Menceritakan kepada saya musibah yang menimpa dirinya yang di sebabkan oleh telor bebek dan bapak bagong. Dengan suara dingin bergetar kedinginan. Pak lurah ia datang berlari langsung sawah yang kehujanan lebat dingin sekali. Mengamankan bebek-bebek dan telor-telor yang menjadi tanggungannya, mendadak banjir dari kali, kilat menyambar dari langit. Dua bebek di bawa banjir….

Bagong                 Astaga, telornya?

Gareng                 Sepuluh butir disambar petir, hancur berantakan.

Bagong                 Telor-telorku….

Semar                   Benar ini semua terjadi?

Petruk                  Ia…wek…wek…wek

Semar                   Jawab yang benar.

Petruk                  Wek…wek…wek…wek.

Semar                   Jangan main-main.

Gareng                 Wek…wek. Maaf pak lurah. Selesai dia menceritakan pengalamannya yang mengerikan itu, ia jatuh pingsan. Badannya mengigil, keringatnya mengalir, mukanya pucat, ia mengeluh. Wek…wek…waktu sadar, terlanjur suara yang bisa ia keluarkan hanya wek, selain wek tak ada wok…wok. Seperti pak lurah dengar tadi. Ia sedih sekali, saya ikut sedih dan berjanji padanya akan menyembuhkannya. Jadi kalau ia menjawab dengan wek…wek, maafkanlah ia.

Semar                   Bagaimana Petruk?

Petruk                  Wekwek….

Bagong                 Pak lurah, ini saya kira satu permainan yang licik, akal-akalan si pokrol bambu, pokrol tipu, pokrol….

Gareng                 Pak lurah, ini saya adukan cukong Bagong, karena telah menghina saya di depan umum. Pak lurah mendengar sendiri dari moncong Bagong….

Bagong                 Pak lurah, saya adukan pokrol itu menghina saya menyebut mulut saya dengan moncong….

Semar                   Saya catat, saya sudah catat. Gareng menghina Bagong, Bagong menghina Gareng. Skor, satu lawan satu. Draw, remis. Sama kuat, selesai. Saya peringatkan, jangan ada yang nyeleweng lagi. Kita lagi membicarakan perkara Petruk dengan bebek dan telornya Bagong.

Gareng                 Saya tidak punya urusan dengan telornya bagong.

Bagong                 Telor saya jangan dibawa-bawa.

Gareng                 Memangnya kau taruh di rumah?

Semar                   Lama-lama hilang kesabaran saya. Tekanan darah saya naik. Kita lagi membicarakan soal wek-wek.

Bagong                 Pak lurah, ini bukan perkara wekwek.

Gareng                 Tak ada kaitannya dengan wek-wek? Lantas mengapa Petruk sekarang hanya bisa bilang wek-wek? Ya kenapa? Karena ia ingat ada bebek yang dibawa air bah, karena ia cinta sama bebek asuhannya, karena ia merasa sepenuhnya bertanggung jawab atas keselamatan bebek yang berbunyi wek-wek itu.
Karena ia saban hari saban malam mendengar hanya suara wek-wek, hingga suara wek-wek menjadi obsesi, otaknya penuh suara Wek-wek, syarafnya diganggu oleh wek-wek, pita suaranya tersetem pada nada wek-wek. Dia hanya akan bisa ber wek-wek sampai akhir hayatnya. Bahkan kuburnya nanti akan berbunyi wek-wek. Daan doa untuk arwahnya harus berbunyi wek-wek. Dan kita sekarang harus membicarakan ini dengan bahasa wek-wek.

Bagong                 Saya protes, tidak bisa. Saya belum belajar bahasa wek-wek. Kenapa harus berwek-wek, wok-wok. Wek-wek apa wok-wok.

Semar                   Itu terlalu ekstrem, kalau kita harus menyelesaikan perkara ini dengan bahasa wek-wek, maka terpaksa perkara ini harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Sampai kita semua telah mahir ber wek-wek.

Petruk                  Wek…wek..wek.

Semar                   Apa maunya?

Gareng                 Kasihanilah saya. Saya tidak bersalah.

Bagong                 Bohong. Dia telah mencuri tiga belas telur dan tiga ekor bebek.

Petruk                  Wek..wekwek….

Gareng                 Tidak salah

Bagong                 Salah

Petruk                  Wek-wek

Gareng                 Tidak

Bagong                 Salah

Semar                   Wekwek…

Gareng                 Ya wekwek…

Bagong                 Apa wek-wek?

Petruk                  Wek…wek…wek…

Semar                   Wek…wek.

Bagong                 Wek…wek.

Gareng                 Wek…wek.

Semar                   Diam, wekwek. Sudah jadi bebek semuanya.

Petruk                  Wek…wek.

Gareng                 Kalau dulu ia tidak dipaksa harus hidup berhari-hari dengan bebek. Dia jadi begitu
karena Bagong.

Bagong                 Dia datang kepada saya minta pekerjaan. Yang lowong hanya ngangon bebek. Dia terima pekerjaan itu, saya tidak paksa.

Semar                   Apa keadaan yang harus dipersalahkan?Bagong, berapa ekor yang dia harus jaga? Dan berapa telor harus dia setor?

Bagong                 Bebek tiga puluh ekor.

Gareng                 Kelaminnya       

Bagong                 Kelamin? Jangan hina saya ya, jelas saya laki-laki.

Gareng                 Saya tidak tanya kelaminmu. Kelamin bebek?

Bagong                 Tiga puluh ekor betina semua.

Semar                   Berapa telor yang harus dia setor?

Bagong                 Lima puluh butir seminggu, bebek menelor tiga hari sekali, seminggu dia menelor dua kali. Tiga puluh bebek bertelor selama seminggu enam puluh, saya minta setorin lima puluh, yang sepuluh buat upah si Petruk. Kan cukup. Sepuluh kali seribu kan sepuluh ribu seminggu?.

Semar                   Sepuluh ribu seminggu, bisa hidupkah dengan uang itu? Beras, bisakah dia penuhi setoran itu?

Bagong                 Tidak pernah. Mula-mula Cuma empat puluh, makin lama makin berkurang.

Petruk                  Wekwek…

Semar                   Apa maksudnya?

Gareng                 Tiga puluh ekor bebek, betina semua. Tidak ada jantannya. Bagaimana bisa bertelor pak lurah? Ini jelas contoh pemaksaan kemauan dan penghisapan di luar batas kemanusiaan dan kebinatangan,

Bagong                 Nyatanya, mula-mula bebek itu bertelor.

Gareng                 Itu karena kau beli dan serahkan. Lebih-lebih dia baru bergaul dengan bebek jantan. Kemudian….

Bagong                 Nyatanya dia masih bertelor.

Gareng                 itu jasanya si Petruk.

Semar                   Hei, kau boleh menipu kami, tapi tipuan ini tidak berlaku. Masa Petruk berhubungan dengan bebek?

Bagong                 Biarkan saja, asal bebek yang bertelor.

Gareng                 Kenapa kau tidak gauli saja sendiri bebek-bebek itu? Pak lurah, maksud saya tidak seperti yang pak lurah bayangkan. Karena Petruk diam-diam pinjam bebek jantan dari tukang angon lainnya. Dan mebiarkan si jantan itu menggauli bebek betina maka masih ada telor yang bisa dipungut. Biar nafsu kebinatangan pejantan itu luar biasa, tetapi ia tidak menggauli seluruh bebek betina itu.

Semar                   Kalau begitu si Petruk berjasa besar. Berjasa terhadap bebek betina itu dan berjasa terhadapmu Bagong.

Petruk                  Wekwekwek…

Semar                   Apa katanya?

Gareng                 Dasar orang tidak tahu terima kasih. Tidak tahu menghargai jasa orang.

Semar                   bagaimana bagong?

Bagong                 Ya… bebek yang dua dimana?

Gareng                 Ya dibawa banjir.

Bagong                 Bukan itu, sebelumnya? Pasti dijual.

Gareng                 Menurut Petruk, yang satu disambar alap-alap. Yang lain dimakan anjing.

Bagong                 Bohong. Percuma punya bebek. Hilang melulu, beri telor tidak. Percuma punya tukang angon.

Petruk                  Wekwek…

Bagong                 Apa lagi?

Gareng                 Tiap kali pinjam penjantan, dia harus bayar dua telor.

Bagong                 Pemeras

Gareng                 Siapa?

Bagong                 Itu yang pinjamkan pejantan.

Gareng                 kau bisa bilang irang itu pemeras!? Lantas kau maunya pinjam gratis gitu?

Semar                   Nah, perkaranya sudah jelas, Bagong nampaknya kau yang kalah. Betul Petruk kurang dapat menepati janjinya tetapi itu karena keadaan yang kau ciptakan sendiri. Kau tidak bisa memecat ia, dan kalau kau mau bebekmu bertelor, belilah barang tiga pejantan. Dan kau mesti bayar dukun yang mengobati si Petruk.

Bagong                 Saya tidak mau mengatakan pak lurah berat sebelah. Tapi…ongkos dukunnya berapa?

Gareng                 Lima puluh  ribu rupiah

                                BAGONG BAYAR SELEMBAR LIMA PULUH RIBUAN

Bagong                 Rugi-rugi…(pergi)

Semar                   Gareng, cari dukun yang baik, biar Petruk lekas sembuh.

Gareng                 Tentu saya akan usahakan.

Petruk                  Wekwek…

Semar                   Ya, wekwek…

ADEGAN VIII
GARENG DAN PETRUK

Gareng                 (tertawa)hahahaha…..

Petruk                  (tertawa) wekwekwekwek….

Gareng                 Bagi uangnya. Nah kau selembar, aku selembar

Petruk                  Wekwek…

Gareng                 Nah, sekarang mana dua bebek yang dibawa banjir?

Petruk                  Wekwekwekwek….

Gareng                 Ayo, jangan main-main lagi. Sandiwaranya sudah selesai

Petruk                  (menunjukan tenggorokannya) wekwek….

Gareng                 Janjimu bagaimana? Mana imbalanku?

Petruk                  (menunjuk uang di tangan Gareng) wekwek… (pergi)

Gareng                 Wah si Petruk bodoh tapi lihay, lihay tapi bodoh. Aku pokrol bambu kena tipu.

ADEGAN IX
SEMAR DAN PETRUK

Semar                   (tertawa) Saya jadi lurah sejak awal sejarah…

Petruk                  Hehehehe….pak lurah, amaf sudah berbohong.

Semar                   Bebek yang dibawa banjir dan telor yang sambar petir.

Petruk                  (tertawa) benar pak lurah. Saya lupa…wekwek….

Semar                   (mengggelengkan kepala) saya jadi lurah….



TAMAT
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Serba - Serbi Naskah Drama - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger