lautan bernyanyi

Rabu, 21 November 20120 komentar





Lakon
LAUTAN BERNYANYI
Karya PUTU WIJAYA



DRAMATIC PERSONAE


KAPTEN LEO
COMOL
DAYU SANUR
PANIEKA
ADENAN
RUBI
DUKUN



SETTING

SEMUA KEJADIAN DALAM NASKAH INI TERJADI DI ATAS GELADAK HARIMAU LAUT YANG KANDAS DI TEPI PANTAI SANUR DI SEBELAH TIMUR DENPASAR. SEBUAH PANTAI DI PULAU BALI YANG DIKENAL SEBAGAI BLACK MAGIC








Publikasi naskah ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan naskah drama dan sebagai bahan referensi pembelajaran bagi individu atau kelompok-kelompok teater yang membutuhkannya.
Disarankan bagi siapa saja yang memiliki cukup akses, agar membeli buku terkait. Itupun dalam upaya membantu pengarang dan keluarganya. Kekayaan hak intelektual naskah ini tetap ada pada pengarangnya.
            Dan dimohon bagi pengunduh naskah ini untuk tidak menghapus catatan ini, sebagai bukti pertanggung jawaban saya sebagai pihak yang mengetik ulang.

Terima kasih.
Lee Birkin




ADEGAN SATU

PADA SEBUAH MALAM YANG SURAM, TERDENGAR SUARA OMBAK SERTA DESAU ANGIN YANG MISTERIUS.

KAPTEN LEO BERDIRI DI ATAS GELADAK MENGHISAP CERUTU MEMANDANG KE TENGAH LAUT. SEBELAH TANGANNYA MEMELUK SEPUCUK SENAPAN. IA MEMAKAI TOPI WOL BUNDAR. JAKET DAN SWEATER YANG MEMBALUT SAMPAI PUCUK LEHER. TUBUHNYA BESAR DAN MUKANYA DITUMBUHI CAMBANG SERTA KUMIS LEBAT

BEBERAPA LAMA KEMUDIAN SUARA MELEMPAR CERUTUNYA DENGAN TIBA-TIBA, SEBAB IA MENDENGAR KEMBALI SUARA YANG SEJAK SEMINGGU ITU MENGGANGGU PIKIRANNYA. SUARA ANEH YANG TAK JELAS SUMBERNYA. KAPTEN LEO MENGANGKAT SENJATANYA. TAPI KETIKA HENDAK MEMBIDIKNYA, SERENTAK SUARA ITU HILANG.

DITUNGGUNYA LAGI SAMPAI BEBERAPA SAAT, TAPI SUARA ITU TAK TERDENGAR LAGI, DENGAN KECEWA KAPTEN LEO KEMBALI KE TEMPATNYA SEMULA, MEROGOH SAKU, MENGELUARKAN CERUTU LAGI. TAPI BELUM SAMPAI CERUTU ITU DINYALAKAN, TIBA-TIBA KEDENGARAN PULA SUARA ITU. CEPAT IA MENGANGKAT SENAPAN, MENEMBAK BEBERAPA KALI KE TENGAH LAUT.

SUARA ITU LENYAP LAGI. KAPTEN MEMPERHATIKAN AKIBAT TEMBAKANNYA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH. IA BERDIRI DI SANA, MEMUSATKAN PERHATIANNYA. SIAP MENEMBAK LAGI KALAU SUARA ITU KEDENGARAN PULA.

DARI PERUT KAPAL, MUNCUL COMOL; JURU MASAK KAPAL. MEMBAWA LENTERA. TUBUHNYA PENDEK KEKAR SERTA PUNGGUNGNYA BONGKOK. GERAKANNYA LAMBAT SERTA MUKANYA CAMPURAN KE KANAKAN, KETOLOLAN, KEKASARAN YANG TERPENDAM. RAMBUTNYA AGAK PANJANG DAN KASAR. IA MEMAKAI BAJU KAOS LORENG DAN IKAT PINGGANG LEBAR. DI ATAS KAOS ITU IA MEMAKAI JUGA JAKET COKLAT YANG TERLALU BESAR UNTUKNYA. DI PINGGANGNYA TERSELIP PISAU DAN SEKERAT TULANG IKAN YANG SEDANG DIBUAT PIPA. IA MEMAKAI JUGA BEBERAPA CINCIN TULANG DAN KALUNG KERANG KECIL-KECIL YANG BISAA DIJUAL UNTUK ANAK-ANAK. JURU MASAK ITU MEMPERHATIKAN KAPTENNYA

COMOL
Apa yang Kapten lihat?

(Dengan lentera, Comol memeriksa keadaan kapal. Menggumam sendiri)

Tidak ada harapan, sudah tiga kali mereka mencoba menarik kita. Dua kali kawatnya putus, yang satu lagi mereka lepaskan karena putus asa. Ini memang diluar dugaan. Sekarang mereka mulai bercerita tentang dewa lautan yang menakutkan itu. Bahkan lpelaut-pelaut itu mulai jarang menengok kita lagi. Mereka sudah termakan cerita para nelayan

(Kemudian ia memungut biji-biji catur yang terserak di bawah)

Bahkan tak seorang pun lagi yang memperebutkan kuda atau benteng atau perdana menteri, seperti bisaa yang mereka lakukan untuk menghabiskan malam-malam yang panjang di tengah lautan. Sayur ketimun dan telor mata sapi, kopi atau susu panas tak ada yang mau menyentuhnya lagi. Aku tak pernah merasa bingung seperti ini, tak ada perkerjaan yang berarti yang bisa menyibukan lagi

(Diletakkannya lentera, kemudian mengatur biji catur di atas papannya)

Kapten, mari iseng kita main catur. Sudah lama saya tak main catur, saya ingin menebus kekalahan saya dulu, ketika kita bermalam di teluk Jakarta. Kapten hanya kehilangan empat biji pion, sebuah kuda dan sebuah benteng. Tetapi sekarang Kapten juga akan kehilangan kemenangan dan tidak bisa membujuk perdana menteri saya dalam perangkap.

( Memperhatikan Kapten )

Tetapi sebaiknya Kapten makan malam dulu, telor mata sapi tidak enak kalau dingin. Sudah berapa kali saya hangatkan sop, tapi Kapten belum juga mau makan. Terus terang saya jadi kuatir atas kesehatan Kapten minggu-minggu terakhir ini. Sudah dua bulan kita kandas, tetapi selama itu baik-baik saja yang terjadi. Kecuali kapal penarik yang mereka janjikan belum juga datang, mereka sudah lupa atau sudah jenuh mengurus kita. Ah, apa sebenarnya yang saya pikirkan?

Jangan kuatir Kapten, saya akan tetap menemani Kapten di sini, meskipun dewa lautan itu tidak mengehndakinya. Saya tidak akan mau meninggalkan Kapten, meskipun Panieka atau salah satu dari pelaut itu membujuk saya dnegan anjing kintamani. Itu Cuma tipuan bukan, Kapten? Supaya saya mau ikut mereka. Dan mereka dapat mengolok-olok saya sepuasnya. Ya, saya mengetahuinya, saya tidak suka lagi pada anjing. Herder atau Kintamani sekalipun, saya lebih suka benda-benda yang mempunyai guna-guna seperti kata dukun di pantai itu

(Teringat sesuatu)

Ya, Kapten. Sebetulnya saya ingin mengajukan beberapa permintaan kalau Kapten sudah makan malam. Setujukah Kapten kalau saya memelihara benda-benda itu di kapal? Sangat ajaib dan bagus sekali. Tetapi saya tidak mau menunjuk sebelum saya pasti disetujui Kapten

KEMUDIAN IA BERSENANDUNG LAGU YANG DIPELAJARINYA DI PANTAI

KAPTEN (Tiba-tiba suara gemetar)
Mol!

COMOL
Ya Kapten!?

KAPTEN
Perhatikan apa yang bergerak di selatan itu

COMOL
Apa Kapten?

KAPTEN
Lihat

COMOL
Mana Kapten? (Mengangkat lentera)

KAPTEN
Apa itu?

COMOL (Setelah mengamati)
seperti kabut, Kapten

KAPTEN
Perhatikan baik-baik! Kau tak melihat sesuatu di balik kabut itu?

COMOL BERDIRI DI ATAS PETI, MENGANGKAT LENTERANYA TINGGI-TINGGI. MEMPERHATIKAN LAUT

COMOL
Saya tidak melihat apa-apa, Kapten. hanya kabut seperti bisaa. Kapten melihat apa?

KAPTEN
Perhatikan dengan teliti. Sekarang dia bergerak ke timur. Lihat sekarang, maju pelan-perlahan-lahan. lihat itu, dia bertambah tinggi, tinggi dan besar sekali!

COMOL (Heran dan tolol)
Ajaib, saya tidak melihat apa-apa, Kapten!

KAPTEN
Dia meluncur di permukaan laut dengan tenang. Sekarang dia mendekati kita

COMOL
Mana Kapten? Tidak ada apa-apa! Saya hanya melihat kabut bergulung Kapten

KAPTEN
Dia mengancam kita, dia hendak membunuh kita. Tidak!

KAPTEN LEO MEMBIDIKAN SENAPANNYA KE ARAH LAUT

COMOL (Berteriak)
Jangan menembak, Kapten! Jangan menembak. Siapa tahu ada nelayan di dekat sini.

(Comol melompat turun mendekati Kapten Leo)

Nanti kita dituduh membunuh orang. Kapten…Kapten!

KAPTEN (Geram)
Aneh! Dia menghilang. Setiap bedil-bedil ini kuacungkan, dia pasti lenyap

COMOL
Jangan sembarangan menembak, Kapten. Berbahaya. Lagipula saya tidak melihat apa-apa Kapten. Barangkali ikan paus atau gurita!?

(Kapten mengeluarkan lagi sebuah cerutu, menyalakannya dan tegak lagi ke tempat semula)

Seperti kata Bayu Sanur. “Tidak semua orang bisa melihatnya” Entahlah mana yang lebih baik, orang-orang yang melihat atau yang tidak melihat? Tak tahulah saya

KAPTEN
Suatu saat, aku pasti berhasil menembaknya

COMOL
Apa yang Kapten tembak?

KAPTEN
Kau lihat sendiri nanti

COMOL
Seekor binatang raksasa? Ikan paus atau gurita?

KAPTEN
Entahlah

COMOL
Atau dewa laut itu!?

KAPTEN (Menyentak)
Apa!?

COMOL
Di sekitar sini banyak nelayan berkeliaran. Hati-hati Kapten, jangan sembarangan menembak

KAPTEN
Aku tidak bisa lama-lama dipermainkannya. Satu saat aku akan menang. Aku biarkan dulu ia sampai mempermainkan kita, menganggap aku tolol sehingga ketika ia lengah, aku akan memukulnya

COMOL
Pantai ini memang dahsyat Kapten. Malah orang-orang bilang sangat angker. Dengarlah suara ombak dan lolong anjing itu, ajaib sekali kendengarannya. baru sekali ini saya ngeri mendengar suara angina. kabut-kabut yang aneh. Lihatlah, saya juga sering memikirkan alangkah suramnya pantai itu setiap malam, padahal kalai suang saya tahu sekali banyak yang suka mandi.

KAPTEN
Mol…..

COMOL
Ya, Kapten?

KAPTEN
Kau masih ingat, malam-malam ketika kapal kita tandas?

COMOL
Ya, tentu saja aku ingat

KAPTEN
Sebelum tidur, aku memperhatikan cuaca dan berpikir tentang Maluku yang sudah lama sekali kutinggalkan. Aku ingat pada Andre dan Alek, juga pada Rita yang mungkin sekarang sudah beranak, karena tak sabar lagi. Sudah hampir lupa aku apa yang dipesannya dulu. Aku teringat pula Makasar dan beberapa kenalan Timor

COMOL
Dan saya teringat pada Semarang saya Kapten. Ah, menyenangkan btul segala yang hilang itu. Waktu itu semuanya masih baik Kapten, tidak seperti sekarang ini

KAPTEN
Langit cerah dan laut sangat tenang seperti bayi sedang tidur. Aku tidur nyenyak sekali, bahkan aku bermimpi ketemu nenek dan saudaraku yang telah mati di laut selatan. Siapa yang bisa menduga kalau esok paginya kita mendapati kapal kita telah kandas

COMOL
Kapten lupa, bukankah malam itu saya mendapati seekor camar laut mati dekat buritan? Itu suatu firasat, Kapten. Sudah saya katakan malam itu juga bukan? Hanya Kapten tidak mau mendengar. Malah esok harinya saya yang pertama kali mengetahuinya. Mualim itu bohong besar, saya hendak turun ke darat emncari air dan sayur sebab persediaan kita sudah habis. Saya terkejut sekali menuju barat laut. Mula-mula saya tak percaya, kemudian saya bangunkan juru mudi, tetapi dia memaki-maki saya. Disumpahinya saya dengan si bongkoknya.

Kemudian saya berhasil membangunkan mualin, saya bujuk dia untuk bangun, dia juga sangat terkejut. Kemudian saya sampaikan itu semua pada Kapten. Mulanya Kapten tidak percaya kan, tapi ketika para kru itu berteriak-teriak, Kapten keluar dan kapal kita telah menyimpang ke sebelah utara pantai, tiga puluh derajat hampir lima kilo jauhnya. Dulu kita berada tepat di depan rumah pelukis Le Mayeur dan perkampungan nelayan. Sekarang lihatlah.

KAPTEN
Aku sumpahi mereka semua. kupukul Panieka dan Abu sampai berdarah mulutnya, sebab ia yang dapat giliran jaga malam itu. Tuak dan tarian kera itu seudah membuatnya tidur sepanjang malam. Arus yang tiba-tiba sudah menyeret Harimau laut tanpa ada yang tahu. memalukan sekali buat seorang Kapten yang sudah banyak kegetiran seperti aku

COMOL
Tetapi Kapten terlalu tergesa-gesa memukulnya

KAPTEN
Benar. Karena aku juga ikut tertidur. mestinya aku tak membiarkan dia mendapat giliran dalam keadaan mabuk seperti itu. Tapi aku tak menyesal. Sudah lama aku ingin memukulnya, sejak dia membawa minuman keras ke kapal….

COMOL
Kapten, Saya kira bukan kesalahan Panieka saja dengan Abu, juga bukan kesalahan Kapten. Tetapi kesalahan kita semua. Barangkali benar apa yang dikatakan nelayan-nelayan itu, pantai ini berbahaya bagi kapal karena banyak setannya

KAPTEN (Mengejek)
Kau percaya apa yang mereka katakan?

COMOL
Tentang setan-setan itu, Kapten?

KAPTEN
Ya! Setan atau Leak atau apa lagi

COMOL
Entahlah, Kapten. Kapten sendiri bagaimana? O, tetapi apa yang mereka ceritakan selalu menarik, Kapten. Tahukah Kapten, apa yang menyebabkan anak-anak itu tidak pernah lagi datang kemari? Cerita-cerita merekalah yang menjadi penyebab

KAPTEN
Aku tidak peduli mereka datang kemari atau memburu sundal-sundal di pantai. Aku tidak membutuhkan mereka. kalau bisa, aku ingin berlayar lagi dan akan mencari anak buah yang setia dan cakap

COMOL
Mereka sebenarnya sangat cinta pada Kapten

KAPTEN
Hmmm….Cinta, kalau aku bisa menyumbat mulut mereka dengan uang untuk membayar kesenangan mereka di tiap pelabuhan. Aku tidak membutuhkan anak buah yang menyembahkan ketika aku sedang senang. Aku membutuhkan musuh kalau aku sedang senang, bukan cinta. Sekaranglah aku membutuhkan cinta, tetapi mereka tidak memilikinya

COMOL
Ah, mereka sangat hormat dan segan pada Kapten

KAPTEN
Katakan pada mereka auks angat terharu kalau mereka masih segan dan hormat padaku. Tapi aku tidak memerlukan keseganan dan kehormatan dari mulut yang mabuk

COMOL
Tidak semua dari mereka jahat, Kapten. Ada satu, dua yang memang tidak bisa diperbaiki lagi. Ya, saya juga membencinya. Mereka menipu orang Sanur yang tolol karena jujur itu dan membuat kerusuhan di pasar Bonggol. Tetapi anak-anak yang lain seperti Rubi, Adenan, Dangin bahkan Panieka yang mula-mula mendendam karena Kapten pukul itu, sekarang setelah melihat betapa teguhnya Kapten mempertahankan kapal harimau laut, mereka bertambah cinta dan hormat. Kapten jangan menyia-nyiakan waktu mencurigai orang-orang baik

KAPTEN
Sekarang aku dapat ilham

COMOL
Apa Kapten?

KAPTEN
Tak sampai berapa hari lagi, kau akan menjadi ikan cucut seperti mereka

COMOL
O, tidak Kapten. Bukan begitu maksud saya

KAPTEN
Ya, maskudmu memang bukan begitu. Tapi aku tidak peduli dengan maksud-maksud orang. Aku melihat pada perbuatan apa yang kau perbuat. Itulah yang kumaksudkan. Itu sebabnya kau sering turun ke darat?

COMOL
Bukan, Kapten. Saya turun ke darat bukan untuk menjumpai mereka. Kapten tahu sendiri, kita selalu membutukan air dan makanan yang segar

KAPTEN
Bodoh sekali kalau aku tidak tahu

COMOL
Tahu apa Kapten?

KAPTEN
Tong air itu sengaja kau biarkan bocor, supaya airnya cepat habis. Alasan kuat sekali untuk mengadakan dalih turun ke pantai

COMOL
Bocor? Ajaib sekali. Saya tidak tahu kalau tong itu bocor. Saya kurang percaya. Tapi baiklah akan saya periksa sekarang, mungkin benar juga (mengambil lentera) Kalau benar tong air ini bocor, saya harus cepat menambalnya dengan sabun. Saya sudah bosan bolak-balik ke pantai untuk ambil air saja

DENGAN LENTERANYA, COMOL MASUK LAGI KE PERUT KAPAL


ADEGAN DUA


BEBERAPA LAMA KEMUDIAN. KAPTEN LEO MASIH TETAP MENGINTAI KE LAUT SAMBIL MENGHEMBUSKAN ASAP CERUTU. DALAM DESAU ANGIN DAN TERPISAN OMBAK ITU, SAYUP-SAYUP KEDENGARAN SUARA MEMANGGIL.

SUARA
Kapten! Kapten!

KAPTEN LEO TERSENTAK MEMBUANG CERUTUNYA

KAPTEN (Menggumam)
Setan cucut pemabok itu datang lagi

SUARA
Kapten, suara apa itu? Saya Panieka, Kapten

KAPTEN (Menggumam)
Panieka pemabok atau cucut-cucut yang lain sama saja bagiku. Tak berharga untuk didengar

SUARA
Dengarlah saya Kapten

KAPTEN
Aku memaksa diriku untuk mendengar. Tapi tak mungkin lagi. Ini sudah keterlaluan

SUARA
Saya tidak mabok, Kapten. Dengarlah, Kapten mendengar suara saya bukan!?

KAPTEN (Menggumam)
Semakin aku benci, semakin aku dengar

SUARA
Di pantai sedang ada wabah, Kapten. Banyak orang yang mati. Mereka marah pada kita. Hati-hatilah Kapten.

KAPTEN
Kita semua harus hati-hati, aku tahu. Tapi perlukah diucapkan? (Tetap menggumam)

SUARA
Kami semua ada di pantai menunggu kapal penarik itu? Kapten tahu kapan datangnya? Keluarkan kepada kami, kami selalu khawatir pada kesehatan Kapten!

KAPTEN
Terima kasih, cucut. Tapi sudah terlambat! satu kalimat lagi saja!

SUARA
Kapten! Kapten mendengar saya? Kami membela Kapten. Orang-orang di pantai itu mengatakan bahwa Kapten sudah gila!

KAPTEN
Cukup!

KAPTEN LEO MENGANGKAT SENAPANNYA, MENEMBAK BEBERAPA KALI

SUARA (Panik)
Jangan menembak! Jangan menembak Kapten!

(Suara itu kedengaran mengumpat menjauh. Sayup)

Kurang ajar! Dia sudah gila!

KAPTEN LEO DENGAN TENANG MENGELUARKAN LAGI SEBUAH CERUTU DARI JAKETNYA, KEMUDIAN MENYALAKANNYA



ADEGAN TIGA


KEMUDIAN SESUDAH ITU. COMOL DENGAN LENTERANYA KELUAR LAGI DARI DALAM PERUT KAPAL

COMOL
Kita harus menuntut kerugian. Benar kata Kapten tadi, tong itu bocor di pantat kirinya. Saya sudah mencoba menambalnya tapi terlambat. Terpaksa besok pagi saya harus turun ke darat, sebab tak cukup air. menysal sekali telah membeli tong itu rongsokan itu

(Comol meletakkan lenteranya, lantas duduk di bawah bersandar ke tepi. Mengeluarkan tulang dari pinggang dan mulai mengorek-ngoreknya dengan pisau. Kapten Leo tak sengaja bersiul)

Kaptenkah yang bersiul?

KAPTEN (Heran)
Siul? Siul apa?

COMOL
Aneh, saya mendengar seperti ada yang bersiul

KAPTEN
Tak ada yang bersiul

COMOL
Nah, sekarang saya mendengar dan Kapten tidak, tapi ada yang bersiul tadi. Aneh sekali. pantai ini semakin lama semakin menakutkan

(Kapten Leo tertawa lagi)

Nah sekarang ada yang tertawa. Kapten tidak tertawa bukan?

KAPTEN
Tidak ada yang tertawa

COMOL
Aneh, saya mendengar ada yang tertawa. Tampak seperti Kapten yang tertawa, tetapi bukan Kapten, lantas siapa….

KAPTEN
Itu orang gila

COMOL
Dan Kapten tentu saja tidak gila. Ah, membingungkan sekali. Ini atau itu, serba salah semuanya. Sekarang lebih baik kita tidak memikirkan apa-apa, tinggal menanti kapal penarik itu datang

KAPTEN (Berteriak tiba-tiba)
Comol!

COMOL (Terkejut)
Ya, Kapten!?

KAPTEN
Comol!

COMOL (Berdiri dengan heran)
Ya, Kapten!?

KAPTEN
Tidak. Aku ingin mendengar suaraku sendiri. Apakah aku masih mengenalnya. Kejadian-kejadian ini telah memecahku jadi dua. Sekarang aku sering merasakan yang kedua, diriku yang tak kukenal

COMOL
Mungkin Kapten pusing kepala sebab belum makan malam. Maukah Kapten makan sekarang?

KAPTEN
Tidak. Makan hanya membuat malas dan makin bodoh

COMOL TAK MENJAWAB, IA HANYA MEMPERHATIKAN PANTAI

COMOL
Ah, kadang-kadang saya merasa bangga karena Harimau Laut menjadi terkenal. kalau saya turun ke darat guna mencari air atau makanan, saya selalu singgah untuk mendengarkan cerita penduduk di warung kopi di bawah pohon beringin itu.
Saya dengarkan cerita mereka tentang kapal kita, tak ada habisnya. banyak orang datang dari Denpasar untuk melihat tubuh Harimau Laut dari kejauhan. Apalagi kalau mereka menyebut nama Kapten dan nama saya dengan kagum. Kapten adalah orang yang berani katanya. Saya diam saja kalau kebetulan mereka mengenal saya atau mencoba bertanya ini dan itu. tapi kalau saya ingat apa yang mereka ramalkan, saya merasa ngeri juga

KAPTEN
Apa yang mereka ramalkan?

COMOL
Ajaib. Mustahi Kapten tidak mengetahuinya

KAPTEN
Keparatlah mereka kalau memfitnah Harimau Laut

COMOL
Coba dengarkan Kapten. mereka meramalkan kalau kita tidak meninggalkan kapal ini, Dewa laut akan membunuh kita

KAPTEN
Membunuh kita?

COMOL
Ya, sebab kapal telah salan memasuki perairan ini. Daerah terlarang yang tak boleh dikunjungi sembarangan orang apalagi kapal yang belum mendapat ijin dari dewa laut dan roh-roh di pantai

KAPTEN
Omong kosong!

COMOL
Benar Kapten

KAPTEN
Sudah kubilang omong kosong

COMOL
Kapten tidak percaya?

KAPTEN
Tidak. itu Cuma takhayul belaka

COMOL
Tetapi tadi Kapten melihat sesuatu yang saya tidak bisa lihat. malah Kapten hendak menembaknya

KAPTEN
Benar. Tapi aku tidak percaya apa yang barusan kulihat

COMOL
Apa yang Kapten lihat?

KAPTEN
Sesuatu bergerak di balik kabut itu

COMOL
Ajaib sekali, saya tidak pernah melihat apa-apa Kapten

KAPTEN
Kau memang tak pernah melihat apa-apa. Sudah seminggu ini aku dipermainkannya. Setiap menjelang tengah malam dia muncul, menakut-nakuti

COMOL
Menjelang tengah malam? Astaga, benarkah Kapten? Bagaimana ujudnya? (Mendekat) Besar? Tinggi? Seperti perempuan cantik atau seperti binatang raksasa? Atau sama sekali tak berbentuk?

KAPTEN
Dahsyat! Selalu berubah-ubah

COMOL
Nah, mereka juga tak bisa melukiskan dengan tepat. Ada yang bilangcantik seperti topeng-topeng yang banyak di pantai. kadang-kadang berwujud ombak seperti gunung, binatang laut yang besar atau kabut bergulung seperti yang Kapten lihat tadi. itulah dewa laut

KAPTEN
Tidak. Itu Cuma sebuah ilusi. Aku sudah terlalu banyak mendengar cerita seram yang kau bawa dari pantai. Dengan tidak kusadari cerit-cerita itu telah mempengaruhi rohaniku. Malam memang bisa membuat sejuta tipuan pada mata, kesepian dan suara angina yang aneh-aneh itu sering membelokkan jiwa. tapi aku akan tetap bertahan

COMOL
Jadi Kapten tidak mau mempercayainya?

KAPTEN
Mengapa tidak!? Semuanya jelas sekali. Ada sesuatu di luar diri kita ini yang kita lawan supaya tidak ada. Tetapi ia telah ada dan akan terus ada. Semacam kita tidak memercayainya, semakin ada dia

COMOL
Ajaib, kalau begitu Kapten sudah mulai percaya sekarang

KAPTEN
Siapa bilang? Tidak ada yang percaya. Aku akan membuktikan bahwa semua itu tidak benar

COMOL
Tapi, tadi Kapten mengatakan….

KAPTEN
Tidak

COMOL
Ah, tak tahulah saya. kalau Kapten bilang tidak, saya juga berarti tidak boleh memercayainya. Saya jadi takut mengutarakan permohonan yang saya katakan tadi. Kapten tentu tidak akan menyukainya

KAPTEN
Permohonan? Permohonan apa? Kutembak kau kalau memelihara anjing di sini

COMOL
Siapa Kapten, tentu saja bukan anjing

KAPTEN
Aku muali jemu meladeni kegemaranmu yang aneh-aneh itu

COMOL
Saya bersumpah tidak membawa anak anjing ke kapal ini Kapten

KAPTEN
Anjing atau dewa laut atau siksaan yang menjijikan itu, aku tak mau lagi meladeninya

COMOL
Percayalah Kapten, bukan sekedar anjing. Saya janji akan mengembalikannya kalau Kapten tidak senang

KAPTEN
Kembalikan sebelum kutembak

COMOL
Tentu, tentu Kapten

KAPTEN LEO MONDAR-MANDIR GELISAH

KAPTEN
Sudah seminggu ini aku tak enak pikiran. kadang-kadang aku terlalu kasar bukan?

COMOL
Kapten sangat pemarah sekarang

KAPTEN
Ya, sejak seminggu ini aku telah penat dan penasaran sekali. Dua puluh tahun aku menghirup angina di geladak, mengalami pahit getirnya pelayaran di samudera-samudera besar. Baru kali ini aku merasa seperti tak punya kemampuan memimpin kapal dengan baik. Aku dan harimau laut sudah menjadi satu dan selalu berhasil menghadapi bahaya. Bahkan pernah aku berpikir, akulah Kapten yang terbaik di keluargaku. Alek sendiri bilang, yang pertama kali mengajariku tentang tali temali, bahwa aku akna lebih baik dari nenekku yang terkenal itu. Sekarang ternyata terbalik.

Bahwa di samping aku masih banyak Kapten-Kapten yang lebih baik. Aku adalah orang buta yang terlambat menyadari kebutaannya. Ya, abangku paling besar sekarang memimpin kapal dua kali lebih besar dari harimau laut. Aku sudah banyak tertinggal. Apakah yang telah terjadi? Waktu telah meninggalkanku sebelum aku sadar. Aku membiarkan arus celaka itu menyeret kita.

Waktu kecil, nenekku sering mendongeng cerita seram dari laut, karena dia tidak setuju aku menjadi pelaut. kakek yang telah menyerahkan diri pada laut membuat dia menderita batin dan benci pada laut. Di luar sadar, cerita-cerita itu telah hidup menguasaiku. Satu diantaranya aku ingat benar, cerita tentang lautan bernyanyi

COMOL
Ya, Kapten

KAPTEN
Kau dengar suara angina itu?

MEREKA BERDUA MENDENGARKAN SUARA ANGIN

KAPTEN
Ya, Kapten. Menakutkan

COMOL
Seolah-olah semuanya itu sengaja dibuat untuk kita. Alam yang dahsyat yang tak bisa dikuasai dan selalu memusuhi ketika kita sudah tidak berdaya. Mereka sedang menyanyikan keruntuhan kita. Mereka memanggil untuk kita, dan kita tak berdaya

MEREKA MENDENGARKAN LAGI

KAPTEN
Mol, kau pernah mendengar laut bernyanyi?

COMOL
Laut bernyanyi, Kapten?

KAPTEN
Ya, lautan bernyanyi

COMOL (Setelah berpikir)
Mungkin pernah, Kapten

KAPTEN
Pernah? Kapan kau mendengarnya?

COMOL
Empat tahun yang lalu, ketika saya hampir terbunuh di pelabuhan

KAPTEN
Kau tak pernah lagi mendengarnya di pantai?

COMOL
Di sini? Tidak, Kapten

KAPTEN
Aneh, aku mendengarnya semenjak seminggu yang lalu. Dia bernyanyi seolah-olah memanggil roh kita. Tapi di balik panggilan itu terasa ada ancaman yang mengerikan

COMOL
Oh ya, saya lupa, saya juga mendengarnya Kapten

KAPTEN
Kau? Bagaimana?

COMOL
Yah, seperti memanggil roh kita tetapi mengancam dan menakutkan. Mengerikan sekali, pantas Kapten tak enak makan selama seminggu ini

KAPTEN
Aku emncoba mengingatnya, tapi sukar sekali. Semacam lolong anjing, kadang-kadang seperti jeritan orang disembelih, mengerang dan menangis kesakitan. Aku telah mendengarnya berulang-ulang. Aku harus membuktikan apa itu sebenarnya. Aku telah bertekad akan menembaknya seperti kita menembaki pencuri-pencuri besi kapal sebulan yang lalu

COMOL MENDEKAT, MEMEGANG TANGAN KAPTEN

COMOL
Jangan hiraukan semua itu Kapten. lautan Bernyanyi? Ah, setiap hari juga ombak itu bernyanyi karena dihembus angina. Bukan karena dia galak, tetapi karena dia melawan kesepiannya yang abadi

KAPTEN
Aku telah tersinggung. Aku harus menghentikannya. Kau tahu apa artinya itu

COMOL
Lautan bernyanyi itu, Kapten

KAPTEN
Kau tahu firasat apa itu?

COMOL
Tentu saja saya tahu, Kapten. Saya telah menanyakannya pada orang-orang tua di pantai

KAPTEN
Apa yang mereka katakan?

COMOL
Tentang diri kita, Kapten? Suara-suara seram itu ialah firasat buruk

KAPTEN
Benar, kita akan menghadapi malapetaka. Seperti kata nenekku dulu

COMOL
Kita telah kena malapetaka, Kapten. Tetapi kenapa kita pedulikan? Saya selalu akan menemani Kapten. Saya tidak akan pergi seperti mereka. Malapetakan apapun yang dewa laut akan timpakan, saya tidak takut. paling banyak mati. Dan saya tidak takut mati, Kapten

(tiba-tiba Kapten Leo tertawa)

Kaptenkah yang tertawa? (Kapten terus tertawa kecil) Kenapa Kapten tertawa? Saya senang Kapten bisa tertawa. Orang yang bisa tertawa adalah orang yang berani dan tidak takut mati

KAPTEN
Siapa yang mengajari kau bicara seperti itu?

COMOL
Kapten sendiri bukan?

KAPTEN LEO MENGHAMPIRI COMOL. DIPEGANGNYA BAHU COMOL. COMOL DIAM

KAPTEN
Kau, kau ( Membelai kepala Comol seperti membelai kepala anak kecil) Aku masih ingat ketika kau datang menyembah supaya aku melindungimu dari kematian, saat orang-orang di pelabuhan itu menghajarmu dan hendak membunuhmu karena kau telah memperkosa seorang perempuan. Tapi sekarang kau bilang kau tidak takut mati. Dan aku telah menyelamatkanmu. Kenapa? Kecuali sop buntut, kaldu ayam dan tak ada lagi yang bisa kau buat untuk memperindah Haimau Laut.

Kalau kita bisa berlayar lagi, akan kucarikan aku seorang perempuan yang bisa kau kawini (Belaiannya makin kasar dan menyiksa) Seorang perempuan Maluku yang cantik seperti Rita. Kau tidak perlu menakut-nakuti lagi seperti anjing yang setiap saat minta dipukuli. Salah sekali kalau kau merasa berhutang budi padaku. tak ada manusia yang berhutang pada manusia di atas kapal


COMOL
Jangan berkata begitu, Kapten

KAPTEN
Kau tahu sendiri apa yang dikatakan para nelayan itu. Kau dengar sendiri aku telah mendengar lautan bernyanyi. Pergilah sebelum terlambat. Berdosalah engkau akrena tidak menyelamatkan roh yang dipercayakan padamu

COMOL
Tidak Kapten

KAPTEN
Aku tidak lagi membutuhkan sop buntut atau telor mata sapi

COMOL
Kapten! Kapten! Berhentilah menghasut saya. Kapten tidak bisa mengusir saya hanya dengan menyakiti hati saya. Saya telah bersumpah untuk mengikuti Kapten seumur hidup. Kaptenlah yang telah menyelematkan hidup saya. Kaptenlah yang berhak menerima pengabdian saya. kalau Kapten tahu bagaimana rasanya terlepas dari maut, Kapten tidak akan bicara begitu. Kematian pun tidak akan menyebabkan saya pergi dari kapal ini apalagi meninggalkan Kapten

KAPTEN
Kau tolol. kesetiaan buta itulah yang kadang-kadang membautku muak. kadang-kadang aku ingin menembak kepalamu (Menodongkan senapan  ke wajah Comol)

COMOL
Tembaklah! Kaptenlah yang membunuh saya. Tembaklah kalau Kapten sudah tidak menyukai saya lagi

KAPTEN (Menurunkan senapan, berjalan menjauh)
Aku pasti menembakmu kalau aku sudah gila. Tolol sekali kalau sampai aku membunuh teman sejati seperti kau. Seharusnya sudah lama aku menghajar pelaut-pelaut yang sering mempermainkan kau itu. Barangkali aku telah putus asa kalau tidak ada orang jelek seperti kau. Tetapi semi keselamatanmu, pergilah ke darat seperti mereka. Aku bertanggung jawab buat semua nasib anak-anak Harimau Laut

COMOL
Tidak, Kapten

KAPTEN
Aku muak melihatmu. kau, selalu tanpa ada perubahan. Punggungmu yang bongkok dan kegemaranmu yang ajaib itu. Setiap hari juga kau, ketika aku terjaga, tidur, lapar, kau seperti bayangan mengejar disampingku, di depan, di belakang, menumbukku setiap berpaling. Aku merasa sesak

COMOL
Ya, Kapten boleh berbuat apa saja. Kutuklah saya, tembaklah saya tetapi saya tidak akan pergi. Saya tahu itu semua karena apa? Jemu bukan? Ya. Tak ada seorang pun yang tidak jemu menunggu kapal penarik yang tak datang itu. Setiap malam hanya suara laut dan angina. Bintang-bintang yang sama semuanya. Membosankan. Tidak ada surat atau teman bercakap. Kapten seharusnya sekali-sekali mencari hiburan ke darat. Kalau Kapten membutuhkan seorang perempuan, barangkali saya bisa mencarikannya dari darat

KAPTEN
Diam setan

COMOL
Maafkan Kapten

KAPTEN
Kau piker aku gila seperti kau?

COMOL MENGGUMAM PERGI KE UJUNG KAPAL, DUDUK MENJUNTAI MEMANDANG ORANG DIKEJAUHAN. KAPTEN LEO MENGHISAP LAGI CERUTUNYA

COMOL
Seperti saya sendiri melakukanya dulu. Saya merindukan setiap perempuan kalau sedang jenuh dan bosan. Perempuan selalu bisa menenangkan pikiran. Pada suatu malam, Kapten sendiri tentunya masih ingat ketika saya berjalan menyusuri pantai membawa kejenuhan dan kebosanan karena perempuan itu telah menghina saya dengan kurang ajar. Saat itu saya mendengar suara-suara aneh dari laut. Saya memperhatikan suara itu baik-baik.
Barangkali itulah yang Kapten katakan lautan bernyanyi. Suara itu meronta memanggil saya. Tiba-tiba saja keinginan untuk mencari perempuan itu bertambah. Saya melihat seorang perempuan berjalan sendirian, rupanya dia baru pulang dari kota, saya cegat dia dan kemudian saya tarik paksa. Perempuan itu berteriak, mencakar dan menggigit muka saya sampai berdarah (menikmati lamunannya) Alangkah nikmatnya, saya senang sekali, Kapten, saya merasa di surga yang ke tujuh. Saya biarkan perempuan itu memukul dan melukai saya seperti orang gila. Tetapi kemudian beberapa buruh pelabuhan mengetahuinya. Saya terpaksa lari. Mereka mengejar dan hendak membunuh saya. hampir-hampir saya mati pada waktu itu. Untunglah Kapten datang menyelamatkan jiwa saya. Kapten masih ingat kan?

KAPTEN
Benar, tapi itu Cuma kebetulan

COMOL
Kebetulan yang bisaanya menentukan, Kapten. karena kebetulan itu saya bisa menghirup angina laut, menyaksikan pantai-pantai yang belum pernah saya lihat dan memasak sop buntut atau telor mata sapi untuk Kapten. Kapten lebih baik makan sekarang, nanti masuk angin

KAPTEN
Kau masuk saja sekarang, supaya esok pagi bisa ke darat mencari seorang perempuan buatku

COMOL
Benar Kapten? Syukurlah kalau Kapten mulai ingat lagi (Ia berdiri mengambil lentera sambil terus berbicara) Hanya perempuan yang bisa menghentikan kesepian Kapten. Suara lautan itu adalah suara kesepian. Sudah hampir lima bulan Kapten tidak pernah menjamah perempuan. Sudah waktunya sekarang seorang perempuan yang kuat untuk menemani Kapten

(Comol perlahan-lahan hendak masuk. Tiba-tiba ia tertegun ketika mendengar Kapten Leo bersiul)

Dengar Kapten….Jelas sekali. Sudah dua kali malam ini saya mendengarnya

KAPTEN
Apa?

COMOL (Setelah mencoba mendengarkan lagi)
Sekarang tak kedengaran lagi. Ada orang bersiul

KAPTEN
Tak ada yang bersiul

COMOL
Kapten tidak mendengarnya. Mungkin ada orang lain di sini

(Comol mengangkat lentera. ia berjalan berputar di sisi kapal, menyusuri tepi geladak dengan curiga ketika ia berada, jauh terdengar Comol menggerutu)

Jangan main-main. jangan coba-coba menakut-nakuti Comol

(Seperti tadi, Kapten Leo tertawa kecil misterius. Comol bergegas datang )

Kapten. Kapten. Dengar….

KAPTEN
Apa?

COMOL
Ajaib, Kapten tidak mendengarnya?

KAPTEN
Tak ada yang bersiul

COMOL
Bukan siul. Ada orang ketawa

KAPTEN
Tak ada yang ketawa. Siapa yang ketawa?

COMOL
Entahlah, Kapten

KAPTEN
Kau mendengar orang ketawa?

COMOL
Tidak tahulah saya, Kapten. Tidak, saya tidak mendengarnya, tidak mendengar apa-apa. Saya merasa lesu sekali. hampir seperti ketika hendak terjadi peristiwa di Semarang itu. Saya tidak enak pikiran. malam ini buruk sekali. Selamat malam, Kapten

COMOL MASUK KE PERUT KAPAL. KEMUDIAN KAPTEN LEO KETAWA LAGI SENDIRIAN. SAMAR-SAMAR, TAMPAK KEPALA COMOL, MENYEMBUL LAGI MEMPERHATIKAN KAPTEN LEO DENGAN TAKJUB, KEMUDIAN KEPALA ITU SEGERA DITARIKNYA SEKETIKA MEMBUAT KAPTEN LEO TERSENTAK MENOLEH KE BELAKANG



ADEGAN EMPAT


SETELAH COMOL PERGI. KEDENGARAN SUARA PANIEKA LAGI MEMANGGIL. KAPTEN LEO MASIH BERDIRI DI TEMPAT SEMULA MENGHISAP CERUTU

SUARA
Kapten! Kapten!

(Kapten leo tersentak dan membuang cerutunya)

Jangan menembak, Kapten. Saya membawa seorang perempuan. jangan menembak. Kapten dapat mendengar saya? Jangan menembak, saya membawa seorang perempuan.

KAPTEN (Menggumam)
Tak henti-hentinya dia menggangguku

SUARA (Bertambah dekat)
Saya membawa seorang perempuan, Kapten. Jangan menembak

KAPTEN
Kebencianku tak mengenal perempuan atau laki-laki. Dia hanya mengenal manusia dan pula memilih-milihnya

SUARA
Tolonglah saya, Kapten. Mereka memburu saya

KAPTEN
Ya, karena kau memburu mereka. Adakah orang yang tidak diburu. Kita semua binatang pemburu. Kita semua para pemburu yang malang

SUARA
Saya melarikan seorang perempuan, Kapten. Tolonglah saya.

KAPTEN
Lihat, dia selalu berbuat dan menyuruh orang lain memikul dosanya. Satu kalimat lagi

COMOL KELUAR DARI PERUT KAPAL DENGAN LENTERANYA.

COMOL
Tetapi mungkin akan banyak kesulitan Kapten. (mendekati Kapten) Meneruskan tadi tentang perempuan itu, Kapten ingat ramalan-ramalan itu?

SUARA
Kapten! Kapten dapat mendengar saya?

COMOL KEHERANAN

SUARA
Kapten, Kapten!

COMOL (Tambah heran tapi berusaha tak memedulikannya)
Tak bisa ditolong lagi rupanya. Saay mendengar ada yang berteriak memanggil Kapten

SUARA
Tolonglah Kapten, jangan menembak. Saya akan mendekat

COMOL
Nah. Lucu sekali, seperti suara Panieka. Kapten tak mendengarnya? Dia minta Kapten supaya jangan menembak

SUARA
Tolonglah saya Kapten

COMOL
Dia minta pada Kapten

SUARA
Ingatlah, saya membawa perempuan

COMOL
Perempuan? Dia tahu sekali apa yang kita butuhkan. Saya tidak sabar lagi Kapten (Berteriak) Hoi, siapa itu? Siapa itu? Jangan coba-coba mempermainkan Comol

SUARA
Mol! Mol!

COMOL
Busyet. Ya, ada apa? Kau kauh itu Panieka?

SUARA
Benar. Aku Panieka, Mol

COMOL
Ajaib. Benar APnieka, Kapten. Apa kabar, Panieka?

SUARA
Tolong Mol, aku membawa perempuan (Semakin dekat)

COMOL
Perempuan?

(Comol menangkat lenteranya memandang ke laut. Beberapa lama kemudian tampak Panieka mendekat dengan sampannya)

Benar Panieka, Kapten. Dia membawa seorang perempuan. Lihatlah (Kapten menyalakan sebatang cerutu lagi)

SUARA (Dekat sekali)
Selamat malam, Kapten

COMOL
Siapa yang kau bawa itu?

SUARA
Seorang perempuan

COMOL
Aku tahu, tapi siapa dia?

SUARA
Aku sudah melarikannya tiga ahri lalu

COMOL
Busyet, Bagaimana kau melarikannya?

(Comol memperhatikan Panieka mencari tempat mendekatkan sampannya. Ia menyusuri tepi kapal mengikuti gerak sampan Panieka)

Bagaimana kau melarikannya, Panieka? Tidakkah berbahaya? kau berani sekali. tetapi kau tidak mabuk bukan? Kapten tidak senang kalau kau membawa tuak ke kapal (Pada Kapten) Kapten, bagaimana? Kita akan membiarkan dia naik. Dia membawa seorang perempuan

(Kapten tidak menjawab, sibuk dengan cerutunya, memandang ke laut. Comol jadi bingung)

Ah, tak tahulah saya. Ada-ada saja yang terjadi. Di sebelah kiri itu Panieka. Hati-hati tangganya tidak begitu kuat. Ingat, seorang perempuan Kapten, Panieka bisaanya pintar memilih yang baik-baik. Seleranya bagus

PANIEKA MUNCUL

PANIEKA
Sudah hampir rusak temali tangganya

COMOL (acuh)
Ya (mengangkat lenteranya menerangi wajah Panieka) Agak kurus kau sekarang, kurang makan?

PANIEKA
Selamat malam Kapten

COMOL
Mana perempuan itu?

PANIEKA
Kutinggalkan di bawah. Akan kubawa naik kalau Kapten mengijinkannya

COMOL
Tanyalah sendiri

PANIEKA
Aku harus ditolong Mol

COMOL
Aku tak akan menjawab. Itu bagian Kapten

PANIEKA
Aku memerlukan tempat persembunyian untuk menunggu marah mereka selesai. Di sini melarikan anak perempuan itu bisaa Mol

COMOL
Ya, aku pernah mendengarnya juga. Tapi kalau Kapten diam saja, artinya aku juga tidak boleh bicara. Jangan bicara denganku dulu. Selesaikan saja urusanmu dengan Kapten

PANIEKA
Kapten rupanya marah padaku

COMOL
Aku tak boleh bicara? Aku ingin melihat perempuan yang sudah memikatmu itu

PANIEKA
Jangan

COMOL
Cuma melihat dari jauh saja

PANIEKA
Tidak, jangan

COMOL
Perempuan apa dai yang tidak boleh dilihat?

PANIEKA
Jangan

COMOL
Nanti kukatakan padamu, apakah dia baik atau tidak

PANIEKA
Tidak perlu lagi sekarang, jangan

KAPTEN (Tetap memandang laut)
Kau dengar katanya. Jangan

COMOL
Saya tidak akan berbuat apa-apa

KAPTEN
Kau dengar katanya?

COMOL
Tetapi saya hanya ingin melihat Kapten. tidak bolehkah perempuan ini dilihat? Saya Cuma melihat warna kerudungnya; biru dan coklat. Tadi kurang terang

KAPTEN
Aku bertanya untuk yang terakhir kalinya. Kau dengar apa katanya?

COMOL (Dengan kecewa)
Baiklah. nanti saya akan melihatnya juga

COMOL DUDUK DI ATAS PETI SAMBIL MEMPERHATIKAN KE TEMPAT PEREMPUAN ITU DENGAN PENUH MINAR

PANIEKA
Maafkan saya Kapten

KAPTEN
Untuk apa Panieka?

PANIEKA
Kapten tahu sendiri, saya menyesal Kapten. Perkara membawa minuman keras itu. Saya suka mabuk dan yang terakhir sekali waktu saya tertidur saat jaga malam saat Harimau Laut kandas. Saya belum minta maaf. Sekarang saya minta maaf.

KAPTEN
Lalu sesudah itu?

PANIEKA
Tidak, saya berjanji Kapten. Saya menyadari sekarang, setelah melihat Kapten yang benar. karena kurang disiplin maka Harimau Laut ini kandas

KAPTEN
Atau kesalahan yang sama dalam bentuk yang lain?

PANIEKA
Tidak. percayalah Kapten

COMOL (Nyeletuk)
Siapa nama perempuan itu Panieka? Apa ada tahi lalat di atas bibirnya?

KAPTEN
Maaf, tidak pernah terlambat. Tapi tak ada gunanya lagi sekarang. Aku sudah memaafkan kau dulu. tapi apakah waktu yang sudah lewat itu juga mau memaafkan diriku? Entahlah. Maafkan sendiri juga belum dijawabnya. Tapi memang aku belum sempat minta maaf

PANIEKA
Semua kawan-kawan, anak buah Kapten sekarang menyesal dan ingin minta maaf

KAPTEN
Oh ya, bagaimana keadaan mereka?

PANIEKA
Baik-baik, Kapten. Semuanya siap menanti kapal penarik. Semua ingin berlayar lagi dengan harimau laut

KAPTEN
Rubi?

PANIEKA
Rubi agak kurus tapi masih tetap menyanyi

KAPTEN
Adenan?

PANIEKA
Adenan sangat disukai penduduk. Dia membantu nelayan-nelayan nemangkap ikan

KAPTEN
Abu?

PANIEKA
Abu ke Denpasar, ada familinya jadi tentara di sana

KAPTEN
Dangin?

PANIEKA
Oh ya. Dangin dirawat di rumah sakit. kami tahu ada wabah di pantai, mungkin tak bisa ditolong

KAPTEN
Kasihan kawanku main catur. Aku tak bisa menengoknya. Dan Panieka? Ah maaf.

COMOL
Itu artinya nafsunya besar, baik untuk orang seperti kau. Tapi kalau tahi lalat itu dilehernya berbahaya sekali itu. Perempuan yang membawa maut. Tapi dia cantik, bukan?

PANIEKA
Kami semuanya tetap berhubungan seperti saudara saja. Seperti memang kabisaaan harimau laut

KAPTEN
Itu baik sekali

PANIEKA
Semuanya memuji Kapten, kagum pada keteguhan Kapten mempertahankan Harimau Laut. Kami juga teringat ketika masa-masa kita masih belajar berlayar

KAPTEN
Aku juga teringat

PANIEKA
Maafkan mereka Kapten. kami tidak pernah lagi menjenguk kemari. Bukan karena lupa tapi karena bekerja untuk bisa makan, sambil menanti kapal penarik itu datang
KAPTEN
Ah, itu tidak perlu

COMOL
Tapi, kalau dia cantik, Kapten pasti memaafkan yang lainnya. Siapa namanya. Perempuan sini bisaanya namanya aneh-aneh

KAPTEN
Jangan mengganggu telor mata sapi. Apalagi yang perlu Panieka?

PANIEKA
Kapten harus menolong menyembunyikan saya

KAPTEN
Harus?

PANIEKA
Ya, Kapten. Mula-mula saya kira mudah melakukannya, Seperti cerita anak-anak muda di sana. tapi ketika saya larikan orang tuanya menjadi marah sekali. Katanya hidup atau mati perempuan itu yang sya larikan harus didapatkan kembali

KAPTEN
Jadi aku harus memaafkan kau. Sesudah itu aku harus membuktikan bahwa aku telah memaafkan kau dengan harus menolongmu

PANIEKA
Sembunyikanlah saya, Kapten. Di sini pasti aman. mereka tak akan berani mengejar sampai kemari. Sebetulnya saya sendiri taka pa-apa Kapten. Saya tak memerlukan perlindungan. Tapi perempuan itu akan marah kalau dia sampai diketemukan, kasihan sekali. Mungkin dia akan disiksa atau bahkan mungkin dibunuh oleh ibunya

KAPTEN
Baiklah, bawa perempuan itu naik. Nanti dicuri dewa laut

PANIEKA
Baik Kapten (Hendak pergi)

KAPTEN
Satu buah pertanyaan lagi. tentang pendapat orang-orang dipantai terhadap diriku. Kalau tak salah kau telah menyebutnya tadi dari sana

PANIEKA
Oh, maafkan Kapten. Saya silaf. Itu tak benar sama sekali

KAPTEN
Bukan saja tak benar, tapi juga ucapan biadab

PANIEKA
Benar, Kapten. Maafkan, saya tak sengaja menyebutnya

KAPTEN
Tidak apa-apa, sudah kumaafkan. Tapi ingatlah baik-baik, aku amat senang mendengarnya. Satu kali lagi dan kepalamu akan kulubangi

PANIEKA
Terima kasih atas peringatan itu Kapten

KAPTEN
Jangan terlalu cepat, simpan dulu untuk nanti, Mol

COMOL
Ya Kapten

KAPTEN
Buatkan dia tempat tidur yang baik

COMOL
Dengan senang hati, Kapten. (pada Panieka) Aku tak melayani perempuan yang belum kuketahui namanya. paling sedikit warna kerudungnya yang kita soalkan tadi

KAPTEN
Jangan. O ya Kapten. Dia sangat pemalu dan takut kepada orang. Dia tak mau berbicara karena gugup. Kita harus membiarkannya bersunyi-sunyi supaya kagetnya hilang dan menjadi tenang kembali

COMOL
Kau dengar telor mata sapi?

PANIEKA
Busyet. Alangkah pelitnya kau sekarang

KAPTEN
Terima kasih, Kapten. Dia masih muda sekali, tapi kami saling mencintai (Berjalan pergi) namanya Dayu Badung

COMOL
Siapa? (tak dijawab) Siapa Panieka? Dayu Badung? Dayu Badung anak Dayu Sanur? (Penieka tak menjawab terus berjalan) Panieka? Dayu Badung anak Dayu Sanur?

SUARA
Ya

COMOL
Apa benar anak Dayu Sanur? (Kebingungan)

KAPTEN
Kau dengar, ia bilang ya?

COMOL
Wah, Kapten dengar? Dayu Badung anak Dayu Sanur, anak Leak itu. berbahya sekali Kapten. Jangan kita pelihara orang itu di sini. Ibunya tukang Leak yang ditakuti di kampong nelayan di seluruh pantai Sanur ini. Ajaib, Kapten. Jangan biarkan ia naik kapal, Kapten. Kapten, Dayu Sanur akan membunuh kita

Oo Kapten. Dayu Sanur sangat sakti. Kita tak akan bisa melawannya. Dia tidak bisa dibohongi. Dia pasti tahu anaknya di sini. Berbahaya sekali Kapten, jangan biarkan dia di sini Kapten, dengarlah saya Kapten

KAPTEN
Tenanglah sedikit mata telor sapi. Lebih baik kau pikirkan sop buntut itu sekarang

COMOL
Ingat ramalan-ramalan itu Kapten

KAPTEN
Aku tidak peduli dengan ramalan-ramalan. kalau toh memang terjadi, malapetaka itu Cuma kebetulan. Dan kita tidak takut mati, bukan?

COMOL
Tapi ini bukan mati bisaa, Kapten. Mati dimakan Leak!

KAPTEN
Tidak, tidak akan begitu menyakitkan seperti hidup yang sakit. Tenanglah.

COMOL
Jangan main-main Kapten. Perempuan itu akan membawa malapetaka

KAPTEN
Sekalian. Kita latihan malapetaka

COMOL
Ajaib! Kapten sadar apa yang Kapten katakan? Jangan main-main, Kapten. Ya Tuha! Kita akan dimakan Leak! Sia-sia kapal penarik itu datang. Kita akan mati dimakan Leak. Oo, Kapten…Kapten…

PANIEKA MUNCUL KEMBALI MEMBAWA DAYU BADUNG. PEREMPUAN ITU MEMAKAI KERUDUNG YANG MENUTUPI SELURUH MUKANYA. HANYA MATANYA SAJA YANG KELIHATAN, COMOL TERGANGGU MELIHAT PEREMPUAN ITU

PANIEKA
Dia menderita dan payah sekali. Boleh saya membawanya masuk Kapten?

KAPTEN
Kau dengar telor mata sapi?

COMOL
Oh, tidak. Jangan. Maafkan saya Kapten, saya tidak berani

KAPTEN
Bawalah dia masuk Panieka, nanti dia dimakan Leak

PANIEKA MEMBAWA GADIS ITU MASUK KE PERUT KAPAL, COMOL MELIHATNYA DENGAN TAKUT

COMOL (menggumam)
Dayu Sanur, dengarlah. Saya tidak ikut mencuri anak itu. Dengarlah Dayu Sanur, lihat, saya tidak ikut –ikutan. Maafkan saya Dayu Sanur. Saya tidak akan mengganggu Dayu badung. Maafkan saya….

KAPTEN LEO TERTAWA KECIL MISTERIUS

COMOL
Kapten, jangan menertawakan saya!

KAPTEN
Ketawa? Tak ada yang tertawa

COMOL
Apa? Ajaib? Saya mendengar Kapten tertawa

KAPTEN
Tak ada yang tertawa

COMOL
Oh, dia mengganggu lagi. Kapten, dia mulai mempermainkan kita. Jangan Dayu Sanur. Jangan ganggu kami orang lemah. Pergilah! Jangan ganggu kami, Dayu Sanur (Kapten Leo tertawa lagi) Oh, jangan! Jangan!

(Comol berlutut menutupi telinganya, Kapten Leo terus tertawa. Tiba-tiba Comol bangkit menyambar lentera berlari mengeliling geladak sambil berteriak menyuruh pergi dayu sanur)

Dayu Sanur, Pergilah! jangan menggangu kami!

(Tiba-tiba Comol melotot memandang ke pantai. Comol Berteriak)

Kapten, lihat! Ada api di pantai!

(Kapten Leo bergerak melihat ke pantai)

Ajaib! Lihat api itu bergerak-gerak

KAPTEN
Apa itu?

COMOL
Api Leak, Kapten! Lihat cahayanya kebiru-biruan. Itu cahaya Leak

(Ia meletakkan lentera, memijit kedua matanya dengan ujung telunjuknya)

Wah, hanya satu tidak kembar. Dukun itu mengatakan kalau mata dipijit tetap kelihatan satu, artinya Leak. ya, Tuhan! Dayu Sanur telah melihat kita. Lihat, api itu manri-nari Kapten. Itu tarian Leak! Ajaib! Sekarang dia pecah menjadi banyak. Kapten bisa melihat? Oh, mengerikan sekali

(Kapten Leo mengangkat senapan hendak menembak, Comol cepat mencegah)

Jangan menembak, Kapten! Nanti dia bertambah marah. O, Saya tak berani melihatnya

(Sayup-sayup terdengar suara gong, Panieka keluar dari perut kapal)

Panieka! Lihat api di pantai itu, hasil perbuatanmu

(Panieka melihat sebentar, kemudian acuh tak acuh)

Sekarang kau mulai takut ya?

KAPTEN
Apa itu, Panieka?

(Panieka duduk di atas peti)

Apa itu?

PANIEKA
Upacara pengorbanan darah. bermacam-macam binatang disembelih untuk menyenangkan hati Batara Kala dan Batara Durga, Dewa-dewa laut yang mereka takuti

KAPTEN
Malam-malam begini?

PANIEKA
Ya, wabah itu sudah semakin mengganas, mereka sudah putus asa

COMOL
Bukan Leak?

KAPTEN
Bukan. Dan bukan pula Dewa laut itu

COMOL
Kalau begitu Syukurlah. Mudah-mudahan Dayu Sanur memaafkan kita

KAPTEN
kadang-kadang aku heran dengan apa yang mereka lakukan. Sekarang aku mendengar sesuatu

COMOL
Saya juga mendengarnya Kapten. Itu suara gong Bali

KAPTEN
Alangkah teguhnya mereka menjalani keyakinannya. Adakah mereka lebih mempercayai dewa-dewa dan Leak itu daripada Tuhan?

COMOL
Mereka amat taat pada agamanya, Kapten

KAPTEN
Malang. Penyembah-penyembah berhala yang dilindungi Negara untuk dipertontonkan pada turis yang mau membayar

COMOL
Kapten, mereka tidak menyembah berhala. Mereka orang yang bertuhan seperti kita. Mereka menyebutnya Sang Hyang Wydhi Wasa. Menurut seorang Brahmana yang suka bercerita pada saya di bawah pohon beringin itu. Dewa-dewa itu sebenarnya Cuma satu. Tapi diberi bermacam-macam menurut keperluannya. Seperti Kapten sering menyebut-nyebut Comol si telor mata sapi, kadang-kadang si bongkok atau si jelek. tapi sebetulnya maskud Kapten sama saja satu. Oh, lihatlah Kapten, api itu bertambah banyak

PANIEKA KELIHATAN GELISAH

PANIEKA
Kapten, Saya mau pergi dulu

KAPTEN
Bicara denganku Panieka?

PANIEKA
Saya harus pergi ke darat, Kapten

KAPTEN
Harus lagi! Untuk apa?

PANIEKA
Saya harus mencari dukun

KAPTEN
Dukun untuk apa?

PANIEKA
Saya harus mencari obat Kapten. Dayu Badung sedang…ah dia lemah sekali badannya. Dan lagi saya harus mengetahui bagaimana keadaan di sana. Ya, terutama saya ingin tahu apakah Dayu Sanur dan kawan-kawan masih marah pada saya

KAPTEN
Itu saja?

PANIEKA
Saya juga harus mengambil pakaian dan perbekalan. Mungkin lama kita tidak akan bisa ke darat lagi. Saya akan kembali secepatnya, Kapten

KAPTEN
Apa lagi?

(Panieka masih duduk dengan gelisah)

Apalagi yang kau tunggu?

(Panieka cepat berdiri, mula-mula terlihat berat dan ragu-ragu, kemudian cepat pergi)

Kau telah menyembunyikan sesuatu dariku. kau akan terus kuburu

COMOL
Kapten, jangan biarkan dia pergi. hai Paneika! (Mengejar) Panieka! Bawa dia pergi! Jangan tinggalkan malapetaka itu di sini. Panieka! Ah, kurang ajar (Mendekati Kapten) Kapten, kenapa mau dijebak?

KAPTEN
Tenanglah, Mol. Sekarang bawa sop buntut itu kemari

COMOL
Ajaib. Tidak mungkin Kapten. Maafkan saya

KAPTEN
Nanti sop itu akan dingin. Telor mata sapi tak enak kalau sudah dingin, bukan?

COMOL
Tidak, saya mau berhubungan dengan Dayu Sanur. Kalau perempuan itu ada di dalam saya tak mau masuk

KAPTEN
Jangan rebut. Kalau takut, aku tidak akan memaksa

COMOL (Berteriak)
Hai, Panieka! Panieka!

KAPTEN DUDUK DI ATAS PETI MEMANDANG KE LAUT. IA MENYALAKAN LAGI CERUTU

KAPTEN
Kalau suara itu terdengar lagi, aku akan memburunya


ADEGAN LIMA

LAMA SETALH PANIEKA MENINGGALKAN KAPAL. COMOL TIDUR DI TUMPUKAN TALI, KAPTEN MASIH DUDUK SEPERTI TADI. LANGIT NAMPAK GELAP, SAYUP-SAYUP MASIH TERDENGAR SUARA GONG DARI PANTAI. RUBI DAN ADENAN DATANG DARI PANTAI NAIK SAMPAN. TERDENGAR SUARA ADENAN MEMANGGIL

SUARA
Kapten! Kapten!

(Kapten Leo membuang cerutu, mengintai sambil duduk)

Kapten, saya Adenan dan Rubi

KAPTEN
Ya. Aku belum tidur. Naiklah! Lewat kiri saja, ada tangga tali di situ. Sebelah kanan aku tutup, banyak pencuri sekarang. Mol!

COMOL (Masih tetap berbaring memejamkan mata)
Ya, Kapten

KAPTEN
Kita ada tamu

COMOL
Panieka lagi?

KAPTEN
Bukalah matamu, tolol

COMOL MENGGELIAT DENGAN MALAS. IA BANGKIT MENGAMBIL LENTERA DENGAN MATA SETENGAH TERPEJAM, KEMUDIAN OTOMATIS IA PERGI KE TANGGA

COMOL
Kurang ajar Panieka. Dari dulu kerjamu Cuma menyakiti orang lain. Malapetaka apa lagi sekarang ini. Cepatlah naik, aku bukan budakmu

SUARA
Apa yang kau bilang, bongkok?

COMOL
Terkutuklah kau Panieka! Sayang, aku belum dapat nama buruk buat kau

SUARA
Mulutmu kotor sekali sekarang. Aku bukan Panieka

COMOL
Oh, Adenan! Kukira Panieka. Siapa itu satu lagi?

SUARA
Aku Rubi

COMOL
Oh, Rubi! Kukira Panieka! Naiklah! Hati-hati, ada sampan di sana. Awas tangganya kurang kuat

(Adenan dan Rubi muncul)

Aku kira Panieka

ADENAN
Jadi matamu belum sembuh?

COMOL
Bukan begitu. Aku baru saja bangun. Tanya sama Kapten

ADENAN
Selamat malam Kapten

KAPTEN
Apa kabar Adenan?

ADENAN
Baik Kapten. Saya sama si tukang keroncong ini

KAPTEN
Tepat pada saat aku ingin dihibur

COMOL
Rubi, apa kau jual gitar itu?

KAPTEN
Kau Rubi. Apa yang mereka kerjakan di sana? (Menunjuk pantai)

ADENAN
Itulah Kapten. Mereka mengadakan upacara selamatan membersihkan pantai ini. Wabah cacar itu semakin ganas

KAPTEN
Lebih baik kau anjurkan mereka ke dokter daripada berbuat sia-sia seperti itu

ADENAN
Ya, memang susah dibayangkan kalau kita tak mengerti cara berpikir mereka. Saya sudah hidup hampir dua bulan bersama mereka. Kadang-kadang mereka  sendiri tak yakin dengan apa yang mereka lakukan. Banyak orang di sana yang sudah pintar, hanya karena tradisi seaja mereka melakukan itu. Semuanya juga pergi ke dokter. Hanya karena kekurangan dokter mereka tidak ke dokter. Dangin juga sudah diobati oleh dukun itu

COMOL
Siapa yang membeli gitar itu, Rubi?

RUBI
Anak pemilik hotel yang di selatan

COMOL
Berapa?

RUBI
Lumayan untuk mengobati Dangin

KAPTEN
Abu di Denpasar?

ADENAN
Di tanjung Bungkak Kapten. Dia jadi bobotoh sekarang. Di mana saja ada tajan, dia pasti datang. Di sini orang mengadu ayam sampai mati. Mereka mengikatkan pisau di taji jagonya. Banyak orang-orang yang sudah melarat karena tajan itu, tapi Abu kebetulan sedang mujur nasibnya

COMOL
Kau tergesa-gesa menjualnya. Tukang warung di sebelah beringin itu sudah mau menukar dengan seekor babi

RUBI
Panieka pernah kemari?

COMOL
Mereka memelihara babi seperti memelihara ayam di sini. Apa? Terkutuklah dia. Dia baru saja pergi dari sini tadi

RUBI
Panieka?

COMOL
Ya, siapa lagi yang suka bawa malapetaka kalau bukan dia. Ditinggalkannya begitu saja di sini

KAPTEN
Kau bicara soal apa Comol?

COMOL
Rubi menanyakan Panieka, Kapten

KAPTEN
Panieka tak ada di sini, Rubi

COMOL
Ya, tak ada di sini. baru saja tadi pergi

KAPTEN
Kau terlalu banyak melek Mol. Teruskanlah tidurmu. Di sini kau Rubi, biarkan dulu dia menyelesaikan tidurnya, jangan terlalu banyak bicara. Panieka tidak ada di sini sejak beberapa hari ini

COMOL
Ajaib, Kapten

KAPTEN
Tidak. Tidurlah dulu telor mata sapi

(Adenan menggerutu, Comol duduk di atas tali itu lagi)

Apa kabar Rubi? Bagaimana gitarmu?

RUBI (Malu)
Sudah dijual Kapten

KAPTEN
Tidak apa-apa. Besok akan kuberikan kau gitar yang tidak bisa dijual

ADENAN
Bukan untuk dia sendiri Kapten. Dangin memerlukan uang untuk perawatannya

KAPTEN
O, Jadi kau juru bicara Rubi?

ADENAN
Ah, Kapten tahu sendiri Rubi sangat pemalu

KAPTEN
Taka pa-apa. kalau memang dipergunakan buat kemanusiaan. Tapi kau tidak lupa bukan, gitar itu. Rita yang memberikannya padaku. Katanya padaku, kutitipkan kepercayaanku padamu Leo, harapan dan nyawaku. Ah, aku lupa yang lain-lain. Aku menangis juga waktu itu. Tapi ketika aku sudah berada di tengah Harimau Laut, aku tak pernah memikirkannya lagi. Kenapa kalian berdua tiba-tiba datang kemari?

ADENAN
Kapten, memang ada keperluan kami yang sangat penting. Ada dua buah kejadian yang sangat menyedihkan, untuk kita semua. tak dapat ditolong lagi. Tuhan telah menghendaki agar dia kembali di siniNya meninggalkan kita dalam usia yang sebetulnya belum pantas

(Rubi terdengar berbisik, walaupun sudah berusaha menekannya)

Dia orang baik, kita akan selalu mengenangnya. Harimau Laut telah kehilangan seorang pelaut yang disiplin yang selalu mengalah untuk kepentingan teman-temannya. Dangin tadi siang meninggal. Karena penyakitnya berbahaya, mayatnya tidak boleh dibawa pulang, terus dikebumikan waktu itu juga .

RUBI (Sambil menahan sedih)
Percuma aku menjual gitar Kapten

ADENAN
Sudahah Rubi, apa boleh buat

RUBI
Dua hari sebelum dia mati, dia sudah tahu itu. Dia menulis surat pada ibunya, mengatakan ia minta maaf karena tak sempat pamit. Dia menyampaikan salam buat Kapten, dia mendoakan agar Harimau Laut bisa berlayar lagi. Mengapa dia tahu semua itu? Bahkan dia menyuruh saya menjual cincinnya, supaya aku bisa melunasi hutangnya di warung nasi. Saya seperti disiksa

ADENAN
Yah…Marilah kita bersabar. Ini cobaan pada Harimau Laut

KAPTEN LEO MEMANDANG KE TENGAH LAUT DENGAN LUNGLAI, RUBI TERUS MENANGIS

RUBI
Aku sering menyakiti hatinya. Kalau dulu kujual gitar itu, mungkin saja dia sudah sembuh

ADENAN
Sudahlah. Bukan salahmu Rubi

RUBI
Aku tak pernah memerhatikan orang lain. padahal ia selalu menolongku tanpa aku minta (Rubi semakin menyesali dirinya)

KAPTEN (Membentak)
Diam Rubi! Kenapa kau menangis? (Mendekat) Aku malu melihat perbuatanmu. Pelaut-pelaut Harimau Laut tak ada yang pernah menangis, meskipun mereka bisa. Diam.

(Rubi belum bisa menenangkan dirinya, Kapten menariknya berdiri)

Rubi, (Menarik Rubi ke geladak) Lihat laut itu. Kau belum mati, kenapa kau menangis? Kesedihan itu sengaja muncul karena ada beberapa penonton yang ingin dihibur. Tapi mereka tak pernah membayar. Demi Tuha, jangan jadi tontonan gratis untuk menyenangkan hati mereka (Melepaskan pegangan) Adenan! Berdoalah atas namaku untuk arwah Dangin. Dia satu-satunya yang bisa merebut Perdana Menteriku, tidak pernah membantah perintahku. Aku berjanji akan membawa Harimau Laut ke tengah laut untuk dia

(Adenan berdiri kemudian berdoa)

Cukuplah. Sekarang, katakan yang satunya lagi. kau, kembalilah ke tempatmu Rubi. ingat benar-benar apa yang kukatakan tadi (Rubi kembali duduk di atas peti) Apa itu Adenan?

ADENAN
Tentang Panieka Kapten. Mungkin Kapten sudah mengetahuinya

KAPTEN
Belum

ADENAN
Saya sudah berusaha mencegahnya Kapten, dengan menasehati dan memberi pertimbangan yang panjang lebar. Sebetulnya ia menyadari, anak muda seperti dia itu, bisaanya kala dicegah malah ingin mencoba, dan dia meneruskan niatnya
Ters terang saya sendiri sebtulnya tidak tahu menahu ketika Panieka melarikan seorang gadis. Saya dan Rubi saat itu sedang sibuk mengurus Dangin yang sakit.
Rupanya Abu juga membantu Panieka melarikan gadis itu, dan yang lebih aneh lagu, kebetulan gadis itu putrid seorang brahmana, kasta tertinggi di sini dan kebetulan pula ibunya adalah seorang yang amat ditakuti oleh orang yang berilmu gaib

COMOL
KAPTEN!

KAPTEN
Tidur sajalah mata telor sapi! Teruskan….

ADENAN
Kapten tentu pernah mendengar nama Dayu Sanur. itulah perempuan yang paling ditakuti di sepanjang pantai ini. Anak gadisnya bernama….

RUBI
Dayu Badung

ADENAN
Ya, Dayu Badung. Ia memang cantik

TIBA-TIBA TERDENGAR ADA ORANG MENGADUH DARI PERUT KAPAL. SUARA BADUNG YANG MEMEDIHKAN, SEMUA TERPAKU MENDENGARNYA

ADENAN
Siapa itu Kapten? Ada orang di dalam?

KAPTEN
Apa? Tidak ada apa-apa

ADENAN
Ya, itulah soal yang kedua Kapten. Mau tak mau itu menjatuhkan nama Harimau Laut. Lain dari bisaanya, keluarga Dayu Sanur, tidak mau menerima begitu saja. Mereka terus mencari, mungkin dia akan dibunuhnya. Ah,….Mudah-mudahan saja tidak. Kami sendiri mencari, dimana persembunyian Panieka

SUARA RINTIHAN DAYU BADUNG TERDENGAR LAGI

ADENAN
Kapten! Pasti ada orang di dalam, saya mendengarnya

RUBI
Seperti suara perempuan

ADENAN
Kapten….

KAPTEN
Ah, lama diam-diam di darat membuat kalian mabuk laut. Tak ada apa-apa

ADENAN
Tapi, ya sudahlah. Tak pernahkah Panieka datang kemari?

KAPTEN
Tak pernah

RUBI
Kalau dia hendak bersembunyi di sini, jangan diijinkan Kapten

ADENAN
Benar, lebih baik kita mengembalikan pada orang tuanya. Gadis itu sedang sakit

SEKARANG SUARA ITU LEBIH JELAS LAGI MERINTIH

SUARA
Ampun…..Ampun ibu…..Aduh…..Ampun ibu…..Jangan sakiti saya…..

ADENAN
Nah! Jelas sekali

RUBI
Suara perempuan yang minta tolong

ADENAN
Kapten, siapa di dalam itu?

KAPTEN
Siapa? Tak ada siapa-siapa. Coba periksa Comol!

COMOL
Ti…tid….tidak, Kapten! (bingung)

KAPTEN
Tak ada orang di dalam, bukan?

COMOL
Ya, Kapten

KAPTEN
Nah…..

ADENAN
Tapi tadi…Nah, dengarlah

SUARA
Aduh….Aduh ibu! Jangan sakiti saya…Ampun….Ampun….

ADENAN
Jelas sekali. Kau dengar itu Rubi?

RUBI
Benar. Suara perempuan minta tolong

ADENAN
Kapten, boleh saya periksa?

COMOL
Jangan. Tidak, tidak ada orang di dalam Adenan

ADENAN
Tapi itu…itu jelas sekali

KAPTEN (Tertawa)
Kau sudah terlalu lama di darat Adenan. Lautan sering bernyanyi seperti manusia

ADENAN
Aneh, saya mendengar jelas sekali

RUBI
Aku juga dengar, tak mungkin kita salah dengar

KAPTEN
Tak ada apa-apa. Lebih baik kalian turun ke darat, mencari Panieka. jangan sampai dia celaka. bawa dia kemari, aku tunggu di sini

ADENAN
Tapi Kapten

COMOL (Cepat mengambil lentera)
Mari Adenan!

KAPTEN
Jangan bicara lagi! Tak ada waktu.Carilah Panieka sekarang!

ADENAN
Kapten! Kalau perempuan itu di sini, berbahaya sekali. Kenapa Kapten menyimpannya, dimana Panieka?

KAPTEN
Antarkan mereka Mol!

COMOL
Ayolah kawan, nanti Kapten marah lagi

RUBI
Kapten! Gadis itu kena cacar!

KAPTEN (Terkejut)

ADENAN
Ya. Kenapa Kapten membiarkan Panieka membawa kemari. Abu yang bilang pada saya. ketika perempuan itu dilarikan dia tidak apa-apa. tapi sehari kemudian dia kena cacar!

COMOL
Cacar! Waduh….Kapten, lihat malapetaka itu mulai datang!

ADENAN
Awas Kapten! Wabah itu cepat sekali menularnya

COMOL
Oh, Wabah itu sekarang ada di sini!

KAPTEN LEO TERCENGANG DIAM SAJA, ADENAN MUNDUR

ADENAN
O iya. Saya kira sekarang sudah malam sekali. Mari kita pulang Rubi. Selamat malam Kapten

ADENAN MENARIK RUBI, MEREKA CEPAT PERGI

COMOL
Adenan! Jangan pergi dulu! jangan pergi! Bawa malapetaka itu dari sini! Adenan! Rubi! Jangan tinggalkan kami di sini!

COMOL TERUS BERTERIAK-TERIAK MEMANGGIL ADENAN DAN RUBI, SEDANG KAPTEN MEMANDANG KE PERTU KAPAL ITU DENGAN KETAKUTAN DAN JIJIK



ADEGAN ENAM

SETELAH ADENAN DAN RUBI PERGI, LANGIT MENDUNG, SEKALI-SEKALI ADA KILAT DAN SUARA PETIR DARI KEJAUHAN, KAPTEN LEO MONDAR-MANDIR DENGAN GELISAH. COMOL DUDUK JAUH ADRI LUBANG YANG MENUJU PERUT KAPAL. IA MENUTUP MUKANYA DENGAN PUTUS ASA. KEMUDIAN SUARA GURUH DI KEJAUHAN DAN KILAT ITU SEMAKIN MEMBINGUNGKAN

COMOL
Kapten, apa yang harus kita lakukan? Oh, tidakkah Kapten mendengar suara itu?

(Suara rintihan itu masih terdengar sayup-sayup)

Oh, mengerikan sekali. Dayu Sanur telah marah pada kita. Kita akan dibunuhnya. Jangan ganggu kami, maafkanlah kami Dayu Sanur, ini semua dosa Panieka, saya tidak mengganggu perempuan itu

KAPTEN (Berteriak)
Diiiaaaammmmm!

COMOL
Ingatlah ramalan-ramalan itu, Kapten!

KAPTEN
Ramalan setan! Ini semua Cuma kebetulan

COMOL
Tapi semua penduduk pantai sangat mempercayainya Kapten

KAPTEN
Mereka orang-orang tolol!

COMOL
Tapi mereka bilang kita yang tolol

KAPTEN
Tolol!? Kenapa?

COMOL
Sebab tidak mau meninggalkan kapal ini. mereka bilang Dewa Laut menghendaki harimau Laut, kita harus menyerahkannya

KAPTEN
Tolol! Itu isapan jempol belaka. Pencuri-pencuri yang hendak merampok besi harimau laut. Kau tolol karena percaya semua itu

COMOL
Tidak, Kapten

KAPTEN
Ya, kau biarkan kupingmu mendengar itu semuanya. Kau biarkan mereka diinjak takhayul macam itu

COMOL
Maaf, Kapten. Terus terang saya katakan, tetapi Kapten jangn marah. Saya bersumpah, penduduk di pantai itu semuanya jujur. Tidak mungkin mereka bermaksud mencuri besi-besi kapal

KAPTEN
Tolol! Kau sendiri menyaksikan saat aku menembak mereka!

COMOL (Berdiri)
Benar, Kapten. Tapi….

KAPTEN
Tapi apa!?

COMOL
Tapi Kapten tidak marah kalau saya katakan?

KAPTEN
Aku akan menembak kepalamu! Katakan apa?

COMOL
Saya memang melihat Kapten menembak

KAPTEN
Nah! Lantas apa lagi? (Sinis)

COMOL
Tetapi Kapten tidak pernah bertanya pada saya, apakah saya melihat juga apa yang Kapten tembak?

KAPTEN
Setan! Apa maksudmu?

COMOL
Maafkan saya Kapten. Pukullah saya, tembak saya daripada mati kena cacar, tetapi saya tidak bisa berbohong, apa yang saya lihat malam itu

KAPTEN
Apa yang kau lihat?

COMOL
Kapten menembak ke tengah lautan seperti orang gila, berteriak-teriak dan membuat saya ketakutan. Padahal di sana tidak ada apa-apa yang perlu ditembak kecuali kabut bergulung seperti bisaanya

KAPTEN
Jadi kau tidak melihat!? Tolol!

COMOL
Saya bersumpah demi Tuhan, saya tidak melihat apa-apa, Kapten

KAPTEN
Kalau begitu, kenapa kau biarkan aku menembak?

COMOL
Maaf, Kapten saya sangat takut waktu itu. Kapten tahu sendiri Kapten tidak mendengarkan omongan saya

KAPTEN
Tidak. Matamu yang rabun, jelas pencuri itu mengelilingi badan Harimau laut, aku biarkan dia mendekati sisi kanan sampai dekat sekali, baru kutembak. Tidak! Kau tidak bisa dipercaya, telinga tuamu terkutuk!

COMOL
Tak tahulah saya. Tapi apa yang saya dengar esok harinya saat turun ke darat? Tepat setelah tiga hari tembakan Kapten itu, seorang perempuan tua di kampong nelayan mati mendadak. Orang bilang badannya bengkak-bengkak kebiruan seperti kena sesuatu. Dia juga seorang perempuan yang ditakuti, karena ia tukang Leak

KAPTEN
Setan! Kenapa kau baru cerita?

COMOL
Maaf, Kapten. Saya hanya ingin menjaga ketenangan Kapten. Mereka menuduh kita Kapten

KAPTEN
Menuduh? Menuduh apa?

COMOL
Pantai ini memang mengerikan, Kapten. O, apa yang akan kita perbuat, wabah itu sudah di sini. Kita akan mati kena wabah cacar, Kapten

KAPTEN
Menuduh apa?

COMOL
Kapten tidak marah kalau saya katakan?

KAPTEN
Aku tidak sabar. katakan cepat! Apa yang mereka tuduhkan?

COMOL
Mereka menuduh kitalah yang telah membunuh perempuan itu

KAPTEN
Setan! Itu hasutan yang kurang ajar, dank au, kau diam saja. Tolol! (Mengguncang Comol)

COMOL
Maafkan saya Kapten

KAPTEN (Mencampakkannya)
Omong kosong! Aku tidak pernah membunuh perempuan itu. AKu hanya menembak pencuri besi, itu pun tidak kena. Kecuali kalau pencuri itu dia sendiri. Tidak mungkin, seorang perempuan tua renta mendayung sekencang itu

COMOL
Orang tua itu justru lebih kuat dari kita kalau jadi tukang Leak, Kapten

KAPTEN
Diam! Aku bersumpah melihat dengan sadar, pencuri itu seorang laki-laki yang bertubuh besar. Ia tidak memakai celana kecuali cawat. Kalau dia perempuan, maka dengan mudah aku bisa mengenalnya. Aku tidak gila menembaki perempuan. bahkan kalaupun itu Cuma fatamorgana, apa hubungannya tembakanku dengan perempuan satu itu?

COMOL
Saya tidak mengerti, Kapten

KAPTEN
Kalau tidak, kenapa kau biarkan mereka berpikir seperti itu?

COMOL
Saya tidak bisa mencegahnya Kapten

KAPTEN
Ya, kau memang tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali telor mata sapid an sop buntut dan memperkosa perempuan

COMOL
Benar, Kapten. Saya bersalah. Saya tidak bisa dimaafkan lagi, pukullah saya, Kapten. saya sudah bersalah

KAPTEN
Jadi mereka menyangka akulah yang membunuh perempuan itu?

COMOL
Benar, Kapten

KAPTEN
Kenapa mereka tidak menangkapku?

COMOL
Oh, mereka tidak punya bukti, Kapten

KAPTEN
Tentu saja. AKu tidak punya hubungan dengan perempuan itu. Setan! Kaulau sebab semua ini. Dosa-dosamu yang menyebabkan malapetaka ini!

COMOL
Benar Kapten. Dosa-dosa saya lah penyebabnya. Pukullah saya Kapten, saya bersalah

KAPTEN
Tidak. Aku tidak mau menjamahmu lagi. Aku muak meladeni penyakit terkutuk itu. Aku berdosa karena menolongmu, melemparkan malapetaka pada diriku sendiri. kaulah dosa terkutuk yang membuat harimau laut kandas!

COMOL
Demi Tuhan, pukullah saya Kapten

KAPTEN
Kau harus turun ke darat menghapus noda ini. Kau harus membuktikannya pada mereka. Semua takhayul itu tak ada hubungannya denganku

COMOL
Tidak mungkin Kapten. mereka tidak mau mendengar omongan saya

KAPTEN
Mereka harus mendengarkannya. kalau perlu aku sendiri yang akan turun ke darat, mengajarkan mereka berpikir memakai otak

COMOL
Kapten akan turun ke darat? Jangan Kapten, terlalu berbahaya

KAPTEN
AKu tidak takut mati

COMOL
Kapten tidak tahu, Kapten sebenarnya dituduh?

KAPTEN
Aku tahu apa yang mereka tuduhkan. Mereka bilang, akulah penyebab panen mereka gagal. Akulah yang menyebabkan penyakit itu berjangkit. Akulah, akulah yang harus bertanggung jawab atas kejadian alam yang tak bersangkut paut. Setan!

COMOL
Benar Kapten. Mereka semua mengatakan itu. Hampir tak ada lagi yang menjual apa-apa pada kita

KAPTEN
Kenapa kau diamkan semua itu?

COMOL
Saya takut Kapten

KAPTEN
Takut? Sebentar tadi kau mengatakan, kau tidak takut mati

COMOL
O, tak tahulah saya. kenapa semuanya ini terjadi. Pukullah saya Kapten! Kenapa Kapten diam. Pukullah saya (Berlutut ke kaki Kapten)

KAPTEN
Bangun tolol! Jangan merayap seperti anjing! Kau harus bisa menghargai maratabat manusiamu, daging yang telah susah payah ditiupkan indukmu ke atas dunia ini, untuk meneruskan keturunannya. Bangun!

COMOL
Kapten, tolonglah saya. Sekali ini saja untuk terakhir kali. Saya tak bisa menahannya lagi. Lihat tangan saya gemetar, saya gugup. Saya tak bisa menguasai diri lagi. Seperti ketika hendak memperkosa perempuan itu. Demi Tuhan, tolonglah saya Kapten

KAPTEN
berdiri kataku! Berdiri! (Comol berdiri hati-hati) Kau tak akan mendapat apa-apa lagi dariku. AKu sudah muak melayani kau. Sekarang juga, kau turun ke darat. Jelaskan semuanya pada mereka, kalau kau belum berhasil membersihkan namaku dan harimau laut, jangan coba datang lagi ke sini. Aku telah kalap, aku akan menembak siapa saja yang berani menggangguku. Pergi!!!

COMOL
Kapten….

KAPTEN
Tidak. Berenanglah ke darat jangan memakai sampan, sebelum kau melaksanakan tugasmu

COMOL
Tak ada gunanya Kapten

KAPTEN
Pergilah sebelum kulubangi kepalamu!

COMOL
Mereka tidak akan memercayai saya, Kapten. Apalagi si penyakit sudah melarikan anak Dayu Sanur

KAPTEN
Kau harus membual. Mereka percaya padamu

COMOL
Tidak mungkin, Kapten. Sudah terlambat

KAPTEN
Apa yang terlambat, apa yang tak terlambat!? Persetan! kau kesana sekarang, perbaiki kesalahanmu!

COMOL
Tidak  bisa Kapten, saya sudah terlanjur mengatakannya

KAPTEN
Suruh mereka kemari, biar aku perbaiki mulut mereka satu persatu

COMOL
Mereka tidak mau datang kemari, Kapten

KAPTEN
O, jadi mereka pengecut semua? Takut pada sebuah kapal kandas?

COMOL
Bukan itu soalnya Kapten

KAPTEN
Itulah soalnya! Dewa laut, hantu kapal kandas, Leak atau Dayu Sanur sama saja takhayulnya

COMOL
Tapi benar-benar ada Kapten

KAPTEN
Tida. Aku tidak lebih percaya pada sesuatu yang ada tapi tidak punya hakekat yang utama. Aku akan mengajarkan pada mereka bagaimana seharusnya berpikir memakai otak!

COMOL
Mereka tidak akan memercayai omongan Kapten

KAPTEN
Tidak? Kenapa tidak? Mereka tidak akan lebih percaya pada juru masak bongkok seperti kau daripada seorang Kapten

COMOL
Ya, tapi saya telah membuat kesalahan, Kapten

KAPTEN
Kesalahan? Kesalahan apa lagi?

(Comol mundur dan Kapten Leo mendesaknya)

Katakan kesalahan apa?

COMOL
Kapten tidak marah kalau saya katakan?

KAPTEN MENYAMBAR JAKET COMOL DENGAN PAKSA

KAPTEN
Tolol! Aku sudah marah sejak tadi telor mata sapi!!

COMOL
Pukullah, pukullah saya Kapten

KAPTEN
Katakan, ketololan apalagi yang buat?

COMOL
Saya berusaha mencegahnya Kapten

KAPTEN
Mencegah apa?

COMOL
Mereka endak menyerbu kemari dan mengeluarkan Kapten dengan kekerasan

KAPTEN
Menyerbu?

COMOL
Ya, mereka telah mempersiapkannya, tapi untung saya masih sempat mencegah. Kapten harus berterima kasih pada saya

KAPTEN
Terima kasih?

COMOL
Ya. Sekarang Kapten berutang budi pada saya

KAPTEN
Terima kasih? Terima kasih? (Tiba-tiba merasa geli dan tertawa keras) Bagaimana otakmu yang dungu itu menyuruh berterima kasih? Aku telah menyelamatkan jiwamu lebih dulu. Apapun yang kauperbuat, setelah itu tak ada artinya untuk menebus, apalagi terima kasih. Cuih….Terima kasih (Tertawa geli)

COMOL
Ya, saya tipu mereka dan mereka percaya saja. Mereka mengurungkan niatnya. Kapten harus berterima kasih

KAPTEN
Ya, Tuhan. Alangkah terkutuk dan tololnya manusia yang satu ini

COMOL
Benar. Ajaib Kapten! Mereka mengurungkan niatnya setelah saya mengatakan pada mereka bahwa Kapten telah gila. Ajaib, mereka menjadi takut sekali datang kemari

KAPTEN LEO TIBA-TIBA TERDIAM

KAPTEN (Lemah heran)
Apa?

COMOL
Saya katakan pada mereka bahwa Kapten telah gila. Ajaib

KAPTEN (Berbisik)
Gila???

COMOL
Ya! Gila!!

KAPTEN (Mendekat dan berbisik)
Dan mereka percaya???

COMOL
Ya tentu saja mereka percaya!

KAPTEN (Lemah sedih)
Jadi menganggapku telah gila

COMOL
Ya!

KAPTEN LEO BERHENTI SESAAT, MEMEJAMKAN MATA

KAPTEN (Dengan mata terpejam)
Jadi aku telah gila menurut pendapatmu?

COMOL
Ya…. Ah, tidak Kapten!

KAPTEN (Mendekat dengan suara datar tapi penuh kebencian)
Kenapa kau katakan aku gila, hah!?

COMOL (Mundur)
Tidak, Kapten. Kapten tidak gila. Saya hanya membohongi mereka

KAPTEN (Terus mendesak)
Karena aku tidak mau turun ke darat seperti cucut-cucut itu

COMOL
Ajaib. Sama sekali tidak Kapten. Kapten salah paham

KAPTEN
Karena aku telah mendengar lautan bernyanyi?

COMOL (Cemas)
Kapten!!!

KAPTEN
Karena aku telah menembak seorang perempuan tuan? Karena aku telah membawa kesialan ke pantai ini? Karena ku tidak percaya apa yang kulihat, tetapi tidak dapat kurasakan

COMOL
Kapten, berhentilah!

KAPTEN
Karena aku tidak percaya pada dewa laut? Karena aku tidak percaya pada Leak, karena aku tidak percaya pada apa yang kulihat, karena tidak mau percaya lebih dari apa yang bisa masuk ke dalam keyakinanku!?

COMOL
Kapten….Kapten….Kapten!!!

KAPTEN
Setan! Terkutuklah kau binatang!! (Kapten Leo memukuli Comol dengan senapan sampai jatuh) Terkutuklah kau anjing busuk! Si bongkok terkutuk!!

COMOL
Pukullah, pukullah saya, Kapten

KAPTEN LEO TERUS MEMUKULNYA BERULANG KALI SAMBIL MENGUTUK



ADEGAN TUJUH

SETELAH KAPTEN MEMUKUL COMOL, KAPTEN BERDIRI LAGI MEMANDANG KE LAUT, MENGHISAP CERUTU. COMOL MENGGELETAK DI LANTAI, PELAN-PELAN IA BANGUN MENGUSAP MUKANYA YANG BERDARAH

COMOL
Terima kasih Kapten. Sudah lama sekali Kapten tidak melakukannya. Kapten masih kuat seperti dulu. Pukulan-pukulan Kapten bersenangat dan senak sekali, saya merasa sehat lagi sekarang, hanya terlalu payah. Saya akan istirahat dan tidur supaya besok pagi tidak terlambat menyediakan telor mata sapid an sop buntut yang hangat dan seorang perempuan yang kuat Kapten. (Ia berusaha berdiri, ia merangkak mengambil lentera, kemudian jatuh lagi karena payah)….Dayu (Menggumam) Dayu Sanur….Pergilah, jangan ganggu kami. Bawa malapetaka itu keluar dari sini. Dayu Sanur pergilah dengan baik-baik, tinggalkan kami

COMOL TERUS MERINTIH, SEDANG KAPTEN MENGHIRAUKANNYA. KEMUDIAN SUARA YANG TERDENGAR MIRIP PADA ADEGAN PERTAMA ITU TERDENGAR LAGI. SUARA MISTERIUS YANG TAK JELAS SUMBERNYA, TERSENGAL KADANG-KADANG LANTANG. KAPTEN LEO TERSENTAK LALU MEMBUANG CERUTU. IA MENGANGKAT SENAPAN MENYUSURI TEPI KAPAL, MENCARI ARAH SUARA. SETIAP KALI IA MEMBIDIK, SUARA ITU BERHENTI, KEMUDIAN BERUBAH ARAH, KAPTEN LEBIH SEPERTI GILA MEMUTARI DEK KAPAL

KAPTEN
Kurang ajar! Terkutuklah yang mempermainkan aku.Tampakkan dirimu, mari berkelahi secara jantan. Ya, Tuhan alangkah fgelapnya, kalau saja aku bisa melihat, kulubangi batok kepalanya sekrang juga. Diam….apa maksudmu dengan semua ini!? Kau piker aku akan menyerahkan Harimau Laut begitu saja? Terkutuklah! Kuperingatkan sekali lagi sebelum aku menembak. Jangn coba-coba mempengaruhiku. Kau dengar…..

SUARA ITU MASIH TERDENGAR

Baik!!! (Kapten Leo menembak membabi buta ke laut)

COMOL
Kapten! Kapten! Jangan menembak! Nanti ada yang kena (Berdiri memegangi Kapten)

KAPTEN LEO MENOLAK COMOL

KAPTEN
Aku harus memburunya sekali ini (Lari ke tempat sampan)

COMOL
Jang Kapten! Apa yang Kapten buru? Jangan pergi Kapten! Lihat cuaca buruk sekali, nanti Kapten tersesat. Mau kemana Kapten? Jangan tinggalkan saya di sini. Bawa saya ikut serta Kapten. Oh….Kenapa dia seperti itu? Dewa laut itu telah mengutuknya (Mengangkat lentera) Ajaib. Dia benar-benar pergi (Berteriak) Kapten! hati-hati Kapten! Awas dewa laut! Cepat kembali! jangan tinggalkan aku disini! Oh, Kenapa dia seperti itu? Ajaib! Jangan-jangan dia sudah gila….Kaptenku…Oh….(Suara guruh itu semakin kuat) Dengar dewa laut! Ya Tuhan, jangan ambil dia! Selamatkan Kaptenku! Ampunilah kami telah melanggar perairan terlarang ini. kami tidak tahu, lepaskan hukuman ini

(Suaranya tertelan oleh gemuruh halilintar. Beberapa lama kemudian Comol bergerak menghampiri lobang perut kapal)

Dayu Sanur! Dayu Sanur! Keluarlah! Kapten sudah pergi

(Kemudian dia mundur memperhatikan dari jauh. Beberapa lama kemudian, dari perut kapal muncul seorang perempuan tua memakai pakaian adat bali. Mukanya kuning bersih tapi menyeramkan, ia juga membawa sebuah kerang yang besar sekali)

Kapten baru saja pergi, Dayu Sanur, Dewa Laut itu mengganggunya lagi. Maafkanlah kami. Panieka busuk itu melakukannya tanpa mendapat persetujuan Kapten. kami tidak bertanggung jawab atas putrid Dayu Sanur. Hukumlah dia tapi maafkanlah saya dan Kapten. Dayu Sanur tidak marah pada kami, bukan!?

DAYU SANUR SEOLAH-OLAH TIDAK MENDENGAR. IA MENGELILINGI KAPAL, COMOL MEMPERHATIKAN DENGAN KHAWATIR

DAYU SANUR
Tidak bisa

COMOL
Lekaslah usir dulu dewa laut itu Dayu Sanur, nanti dia membunuh Kapten

DAYU SANUR
Tidak bisa

COMOL
Dayu sudah berjanji akan mengusirnya, bukan? Saya sudah memberikan cincin emas pada Dayu

DAYU SANUR
Tidak bisa. Aku sudah berjanji akan mempersembahkan tiga jasad di pura dalem. Betari Durga sudah marah padamu

COMOL
Tapi Dayu sudah berjanji akan mengusir setan-setan itu. Kalau tidak begitu, saya tidak akan mau menyelundupkan Dayu kemarin, ketika Kapten sedang tidur

DAYU SANUR
Kamu berdua harus mati

COMOL
Apa? Tidak. Jangan Dayu, kasihanilah saya. Saya tidak tahu Panieka mencuri putri Dayu

DAYU SANUR
Panieka juga akan kubunuh, Dayu Badung anakku duah dicemarkannya

COMOL
Bunuhlah dia Dayu tapi jangan bunuh saya dan Kapten

DAYU SANUR
Awaslah. kamu sudah berani melawanku. Aku yang memiliki malam di pesesir pantai Sanur ini. kenapa kamu berani datang kemari sebelum minta ijin

COMOL
Kami tidak tahu Dayu, ampunilah kami

DAYU SANUR
Tidak bisa. Besok malam, tunggulah, aku sudah menghaturkan kau ke pura Dalem. Bersiap-siaplah

COMOL
Dayu Sanur, ampunilah saya. Saya tidak bersalah

DAYU SANUR
Sudah terlambat. kamu sudah menyakiti hatiku, terimalah balasannya besok malam

COMOL
Jangan Dayu, jangan bunuh saya, saya minta maaf

DAYU SANUR
Kalau kau bisa menyediakan tiga orang bayi yang masih hidup, kau akan kuampuni

COMOL
Bayi? Darimana saya bisa dapat bayi?

DAYU SANUR
Carilah di pesisir itu. Tiga bayi dalam sebulan. yang akan datang tiga orang bayi lagi, barulah ku ampuni. Tetapi Panieka akan kubunuh, sebab dia telah menyakiti hatiku

COMOL
Busyet! Bagaimana saya bisa mencari bayi itu? Ampunilah saya Dayu…Saya akan menghamba pada Dayu. Jangan bunuh saya

SUARA
Ampun…. Ampun ibu….Jangan sakiti saya….

DAYU BADUNG MUNCUL DARI PERUT KAPAL

DAYU BADUNG
Panieka…. Panieka….

COMOL
Lihat wabah itu keluar! (Mundur ketakutan) Bawa dia masuk Dayu Sanur!

DAYU BADUNG
Ibu, ampun….ampun….ampun ibu

DAYU SANUR
Badung….

DAYU BADUNG
Ibu, ampun ibu….Jangan sakiti saya

DAYU SANUR
Kenapa kau lari dari rumah Badung?

DAYU BADUNG
Bunuhlah Tiyang ibu, jangan disakiti terus. Tidak ada lagi gunanya Tiyang hidup. kalau Tiyang sembuh, cacar ini akan meninggalkan bekas. Bunuhlah Tiyang bu….

DAYU SANUR
Anak tulah….(Dayu mendekati Badung) O….Betari. Terimalah anak durhaka ini. Anak yang tidak menghormati ibunya (Kemudian anak itu dicekiknya. halilintar keras, kemudian turun hujan lebat. Di atas geladak itu Suram

COMOL
Dayu, masukan lagi ke dalam

DAYU BADUNG (Pada Comol)
Toloong…tolong bawa saya pergi dari sini, saya tidak kuat

COMOL
Jangan dekat-dekat!

DAYU BADUNG
Tolonglah, saya tidak kuat

COMOL
Tidak! Jangan dekati aku (mundur dan terdesak ke tepi)

DAYU BADUNG
Tolonglah, bawa saya pergi. Saya hendak dibunuh ibu

COMOL
Ya, Tuhan, aku tidak mau mati karena cacar (Badung mendekati Comol dan Comol meloncat ke laut karena kehilangan akal)

DAYU BADUNG
Oh….(Pindah ke atas)



ADEGAN DELAPAN

PAGI TELAH DATANG, SETELAH MALAM YANG HUJAN LEBAT. KELIHATAN COMOL DUDUK MEMANDANG KE TENGAH LAUT. SERING-SERING IA MENOLEH KE PERUT KAPAL. DENGAN KETAKUTAN. DI ATAS PETI TERLIHAT KERANG YANG BESAR. SEBUAH SAMPAN MENDEKATI MEMBAWA RUBI DAN ADENAN

SUARA


COMOL


SUARA
Mol! (Comol tidak menjawab) mana Kapten Mol? Hai kau sudah gila. mana Kapten!?

COMOL
Kapten belum pulang

SUARA
Kemana?

COMOL
Mencari Dewa Laut

SUARA
Setan! Jangan main-main. Dimana Kapten!?

COMOL
Sudah kukatakan belum pulang!

SUARA
Kemana?

COMOL
Sudah kukatakan mencari Dewa Laut

SUARA
Setan! Dia rupanya sudah gila, Rubi!

SUARA
Mol! Gadis cacar itu di sana bukan?

COMOL
Tidak

SUARA
Ah ya. kau ikut-ikutan saja bilang tidak. Sekarang dia masih ada di dalam

COMOL
Masih

SUARA
Nah, dengarlah gila! mana Panieka?

COMOL
Sejak kemarin belum kembali, Katanya mencari dukun

SUARA
kalau begitu, kau turun saja bongkok. Jangan diam dekat orang cadar itu. nanti kau mati seperti Dangin

COMOL
Aku menunggu Kapten. Dia belum datang

SUARA
Kau turun saja dulu. nanti kita cari Kapten

COMOL
Tidak Aku disuruh menunggui kapal ini. Aku tidak mau turun kalau Kapten tidak suruh. harus ada yang menjaga Harimau Laut. nanti apra pencuri itu mencuri besi kapal kita

SUARA
Lihatlah, dia sudah mulai gila!

SUARA
Benar kau tidak mau turun?

SUARA
baiklah bongkok, jangan menyesal nanti. Aku sedang mencari Panieka. Nanti siang aku datang lagi. katakan pada Kapten bahwa wabah di pantai sudah bertambah hebat.Ayo kita kembali Rubi

SUARA
Pikirlah baik-baik, Mol! Jangan terlalu setia. ini soal hidup dan mati!

COMOL
Dayu Sanur! Kenapa Kapten belum pulang? Tinggalkanlah kapal ini dengan putrid Dayu sekarang. Pergilah ke darat, sebelum Kapten datang. kalau saya tahu begini kejadiannya tak akan kubiarkan dia masuk kemarin. Bilangnya dia pintar mengusir Dewa Laut, ia pintar menyembuhkan orang gila. Sekarang dia membawa malapetaka. Dayu Sanur, pergilah sekarang, nanti Kapten datang

(Dayu membawa semangkok sup yang masih hangat)

Pergilah sekarang Dayu, bawalah putrid Dayu ke darat

DAYU SANUR
Makanlah ini orang bongkok!

COMOL
Apa itu?

DAYU SANUR
Untuk menghilangkan kegilaan dan mengusir setan

COMOL
Benar?

DAYU SANUR
Yaa….

COMOL
Baunya enak, begini cara mengusir para setan itu?

DAYU SANUR
Kalau kau sudah makan

COMOL
Baiklah kalau begitu. Demi kesehatan Kapten dan harimau Laut. Saya juga merasa lapar sekali, sejak semalam belum makan (Mengambil mangkok dan memakannya. Apakah resep sopnya untuk mengusir setan itu?

DAYU SANUR
Hati manusia!

COMOL
Jangan main-main Dayu. tapi ini memang ada hatinya. Luar bisaa enak. kalau ada obats etan seeprti ini, saya mau makan obat setan setiap hari

DAYU SANUR
Kau mau memakannya tiap hari?

COMOL
Luar bisaa enaknya. Dayu tidak makan?

DAYU SANUR
Aku sudah kenyang. maukah kau menajdi muridku orang bongkok?

COMOL
Murid apa? Saya juru masak, tidak perlu berguru lagi

DAYU SANUR
Kalau mau, setan-setan itu tidak akan mengganggu lagi

COMOL
Ah, benarkah? Bagaimana caranya menjauhkan setan-setan laut itu?

DAYU SANUR
Berkawan dengan mereka

COMOL
Berkawand dengan setan? Bagaimana?

DAYU SANUR
Menjadi pengikutku

COMOL
Apakah itu baik?

DAYU SANUR
Ya, setan itu tidak akan mengganggu lagi

COMOL
Kalau itu baik, tentu saja saya mau. Tapi apakah Kapten akan setuju?

DAYU SANUR
Dia tidak boleh tahu

COMOL
Kenapa?

DAYU SANUR
Dia tidak percaya padaku

COMOL
Kalau Kapten tidak memberi izin, saya tida mau berbuat apa-apa

DAYU SANUR
Cobalah dulu

COMOL
Kalau tidak berat akan saya coba. Nanti saya usulkan pada Kapten, barangkali Kapten juga mau ikut

DAYU SANUR
Tidak. Dia tidak boleh ikut

COMOL
Kenapa?

DAYU SANUR
Sebab dia tidak bongkok punggungnya

COMOL
Ah, aneh sekali. Enak sekali sop ini Dayu Sanur

DAYU SANUR
Nanti sore akan kuajarkan padamu. Memelajari ilmu ini hanya boleh ketika matahari sedang masuk ke peraduan

COMOL
Tapi kapan Dayu akan pergi? Saya tidak berani lagi menyembunyikan Dayu lama-lama di sini, sekarang Kapten jarang tidur

DAYU SANUR
Setelah kamu jadi pengikutku

DAYU SANUR MASUK LAGI KE DALAM

COMOL
Ini berbahaya sekali. kalau Kapten tahu, dia akan marah sekali. Dulu pernah ketahuan memabwa anak anjing kemari,s aya didiamkannya selama satu minggu. Ah, tak tahulah saya. Oh, lihatlah!

(Ia memungut bangkai seekor burung)

Bangkai seekor camar lagi. Ini berarti malapteka. jangan-jangan Kapten mendapat kecelakaan di tengah-tengah. Ajaib, bukankah tadi malam ia memeringatkan saya supaya aku berhati-hati nanti malam. Tiga orang jasad manusia katanya, atau kalau tidak aku harus mencarikan tiga orang bayi yang masih hidup. Dia pasti tidak bermain-main. Dayu Sanur?

(Comol pergi ke dekat lubang perut kapal) 

Dayu Sanur! Jangan marah, bunuhlah Panieka celaka itu, tapi jangan bunuh saya dan Kapten. Ajarilah aku nanti sore menjauhkan setan itu


ADEGAN SEMBILAN


SORE MENJELANG MALAM. DLAM KEADAAN YANG SURAM, SAMAR-SAMAR KELIHATAN DAYU SANUR MEMAKI SECARIK KAIN PENDEK MENGAJARI COMOL MEJADI LEAK. DAYU SANUR MELOMPAT DAN MENARI DI ATAS SEBELAH KIRINYA MENGELILINGI SISI KAPAL. COMOL MENIRUKANNYA

DAYU SANUR
Hari ini kita sudah cukup. Ingatlah apa yang sudah kuajarkan tadi

COMOL
Baiklah Dayu. Bolehkah saya mengenakan pakaian lagi?

DAYU SANUR
Boleh. Nyalakan lampu

COMOL
Kalau Cuma seperti ini, tidak sulit. hanya pantangan-pantangan itu saja yang agak sulit dilakukannya. Tak boleh dilangkahi orang, tak boleh lewat di bawah benda yang dipakai manusia. tapi akan saya coba, kalau ini bisa membuat pintar

DAYU SANUR
Tak boleh dikatakan pada orang lain

COMOL
Ya, soal itu tak ada seorang pun yang akan bisa membujuk saya

DAYU SANUR
Setiap bulan kau harus memberikan persembahan pada betara durga di pura Besakih

COMOL
Nah, itu yang belum saya mengerti. Apakah yang harus dipersembahkan?

DAYU SANUR
Jasad manusia

COMOL
Ha! Jasad manusia? Kalau bisa diganti saja Dayu Sanur

DAYU SANUR
Tidak bisa!

COMOL
Kapten tidak akan menyetujui ini. Sedangkan jasad kita saja tak boleh disia-siakan, apalagi kepunyaan orang lain

DAYU SANUR
Tak boleh dikatakan pada orang lain. Awas kalau kau tidak menuruti perintahku, kau akan mendapat celaka

COMOL
Kalau begitu tidak jadi saja

DAYU SANUR
Tidak bisa. kau sudah jadi muridku. Kau harus meneruskan sampai bisa jadi Leak

COMOL
Bisakah saya jadi Leak?

DAYU SANUR
Bisa!

COMOL
Mereka tidak akan berani lagi pada saya?

DAYU SANUR
Kau akan bisa berbuat apa saja yang kau sukai

COMOL
Kalau begitu saya piker dulu

KEMUDIAN DIA MENYALAKAN LENTERA, DAYU SANUR MASUK KE PERUT KAPAL

COMOL
Kalau saya bisa jadi Leak, tak ada lagi yang berani memanggilku si bongkok atau si telor mata sapi. Tapi, baiklah saja piker dulu, Dayu Sanur…. Ajaib, kemana dia? Baru saja di sini. orang itu benar-benar sakti

SUARA (Dayu Sanur dari dalam kapal)
Orang bongkok!

COMOL
Ya, Dayu Sanur

SUARA
Usirlah kawan-kawanmu yang masih di sini!

COMOL
Siapa?

SUARA
Murid-muridku yang lain. Ia melihat kau belajar tadi. Tiuplah kerang itu

MENGAMBIL KERANG BESAR ITU

COMOL
Kerang? O, itu dia. Baiklah, saya akan mengusir setan-setan itu. Saya belum sempat minta ijin pada Kapten memelihara benda ini di sini. Kemarin malam saya hendak memintanya tapi Kapten menolak, sebab dikiranya anjing seperti dulu. Tapi selama ini diam-diam saya telah mencobanya tanpa sepengetahuan Kapten

(Ia naik ke atas peti hendak meniup kerang itu)

Hei Dewa Laut, hei semua setan yang menunggui laut dan pesisir, hei leak-leak yang ada di sini, dengarlah Dayu Sanur memerintahkan engkau supaya sayan. Pergilah baik-baik cari mangsa di tempat lain, jangan ganggu ketenangan kami

KETIKA IA HENDAK MENIUPNYA, KEDENGARAN ADA SUARA MEMANGGIL SEHINGGA IA TAK JADI MENIUP

SUARA
Comol!

COMOL MENCOBA MELIHAT TAPI BANYAK KABUT

COMOL
Hai, siapa itu? Kapten?

SUARA
Bukan. Dewa Laut!

COMOL
Hei Adenan, kurang ajar kau. Apa yang kau intip di sana?

SUARA
Yah, apa yang kau kerjakan bongkok? Kau sudah ngomong sendirian. Kapten sudah pulang?

COMOL
Sudah lama kau di sana? kau dengar apa yang kukatakan?

SUARA
Tentu saja. Tapi omongan orang gila tak penting. mana Kapten?

COMOL
Hei! Kenapa kau katakan aku gila!!?

SUARA
kalau Kapten gila, itu taka pa, tapi kalau juru masak yang hila, tak berharga seperti kau, itu perlu dipikirkan cara membuangnya

COMOL
Naiklah, jangan mengumpat saja di sana

SUARA
Gadis cacar itu masih di sana?

COMOL
Ya!

SUARA
Kalau begitu, biar kau sajalah yang menjaganya. Aku belum menemukan Panieka. Para nelayan tadi ada yang baru saja pulang setelah satu hari kemarin dipermainkan arus. Ada topan tadi malam di sana. Aku kuatir kalau Kapten dapat kecelakaan. katakan pada Kapten kalau dia datang aku baru saja menerima kabar, Abu tertangkap

COMOL
Ditangkap dimana?

SUARA
Itulah yang belum kuketahui

COMOL
Naiklah. Coba ceritakan ke sini

SUARA
Tak ada gunanya minta pertimbanganmu. Aku akan ke pantai lagi mencari kabar

TERDENGAR RIAK SAMPANNYA

COMOL
Ajaib, Abu tertangkap? Dayu Sanur! Kenapa Abu tertangkap?

(Dayu Sanur keluar membawa mangkok)

Kenapa Abu ditangkap Dayu?

DAYU SANUR
Makanlah ini orang bongkok!

COMOL
Abu ditangkap Dayu

DAYU SANUR
Setelah makan, usirlah mereka

COMOL
Siapa?

DAYU SANUR
Lihatlah, mereka masih berdiri di sana melihatmu

COMOL
Ajaib. Siapa Dayu? Saya tak melihat apa-apa.

DAYU SANUR
Nanti setelah pintar kau akan melihatnya. Makanlah

COMOL
Ada-ada saja. Enak juga bau sop ini

(Comol makan dan dayu sanur masuk. Malam bertambah gelap. Suara laut dan angin itu mulai kedengaran. Tiba-tiba Comol terpelanting jatuh ke lantai. Ia menjerit kaget)

Ajaib! Apa ini? Siapa ini? Siapa yang menolakku?

(Ia cepat berdirimenggapai lentera. Kedengaran suara angin dan ombak, tubuhnya bergoyang)

Ya Tuhan! Dewa Laut menggangguku, tak henti-hentinya ia megikuti

(Kemudian semuanya kembali bisaa. Kedengaran suara angin dan ombak semakin besar)

Dengarlah dewa laut, setan-setan yang menguasai pesisir Sanur. janganlah ganggu kami. kami di sini orang-orang lemah yang tidak bermaksud jahat. pergilah ke tempat lain yang lebih layak untuk kalian. Maafkan kalau kami bersalah. kami tidak tahu siapa yang punya psesisir ini. pergilah sekarang

(Cepat ia mengambil kerang itu kembali dan naik ke atas peti)

Pergilah, hanyutlah bersama ombak, terbanglah bersama angina, tinggalkanlah Harimau Laut di sini. kami sedang menunggu kapal penarik itu, kalau kapal datang kami akan pergi dari sini. Janganlah mengganggu kami

(Di tengah suara ombak dan angin itu, ia kemudian meniup kerangnya. Suara yang keluar dari kerang itu adalah sebuah suara misterius seperti yang didengar oleh Kapten leo pada adegan pertama. Comol meniup kerang itu berulang kali ke berbagai arah)

Ah, Kapten! Kapten!

(Ia meniup kerang itu kembali ke berbagai arah. Tiba-tiba terdengar suara letusan senapan dari arah laut beberapa kali. Comol tepat kena di dadanya. Ia terpelantingf ke atas lantai kapal)

Kapten! Kapten!

IA BERDIRI TERHUYUNG-HUYUNG KE SISI GELADAK

SUARA TEMBAKAN ITU TERDENGAR LAGI DAN MENGENAI COMOL. COMOL TERPELANTING JATUH KE JAUT. BEBERAPA LAMA KEMUDIAN DI ATAS GELADAK, SEPI HANYA SUARA ANGIN DAN OMBAK. KEMUDIAN MUNCUL KAPTEN LEO. TOPINYA SUDAH HILANG DAN PAKAIANNYA TIDAK KERUAN. DENGAN TENANG IA MELANGKAH KE TEMPAT BISAANYA DI SANA IA BERDIRI MEMANDANG KE LAUT. SEPERTI BISAA SAJA IA MENGELUARKAN SEBATANG CERUTU DAN MULAI MENYALAKANNYA. BEBERAPA SAAT TETAP DEMIKIAN SEOLAH-OLAH TAK TERJADI APA-APA

KAPTEN(Lembut, tetap memandang ke laut)
Mol! (tak ada jawaban) Mol! Aku sudah berhasil menembaknya. Sekarang ia tak akan mengganggu lagi. Aku siap dengan telor mata sapi dan sop buntut itu (Beberapa lama, ia menanti jawaban. tapi tak ada) Mol! Barangkali ia sudah tidur

(Ia melangkah masuk perut kapal. Tapi tiba-tiba tertegun teringat sesuatu. Cepat ia mundur ketakutan)

Mol! Comol! Bawa sop buntut itu keluar! (Tak ada jawaban) Mol! (Kapten menjadi gugup)

(Ia memandang sekeliling dengan pandangan aneh. Berjalan keliling)

Mol! Comol! (Bertambah panik dan berteriak-teriak) Mol! Comooool…..Comoooooool…….



ADEGAN SEPULUH

LAMA SESUDAH ITU. MALAM. KAPTEN LEO DENGAN GELISAH BERPUTAR-PUTAR DI ATAS GELADAK. IA NGOMEL SEPERTI ORANG GILA

KAPTEN (Berjalan berputar-putar)
Terkutuklah cucut jahanam itu! Kemana ia pergi membiarkan harimau laut sendirian di sini! Tak bisa kumaafkan lagi keteledorannya. Awas kalau dia kembali, sudah waktunya aku memberikan telor mata sapi itu pelajaran

PANIEKA MUNCUL MEMBAWA KARUNG, DIIKUTI OLEH SEORANG LAKI-LAKI YANG SUDAH TUA

PANIEKA
Selamat malam, Kapten. maaf, kemarin saya tak bisa kembali. Kapten tahu sendiri seperti itu, juga akrena urusan saya belum usai. Perbekalan ini cukup untuk sebulan. Ini pak dukun dari pantai Kapten. pak Dukun, ini Kapten yang memimpin Harimau Laut

PANIEKA MENURUNKAN BEBANNYA DAN DUKUN ITU MENGANGGUK PADA KAPTEN. KAPTEN LEO TERTEGUN SEBENTAR, KEMUDIAN TERUS LAGI DENGAN CERUTUNYA DAN MONDAR-MANDIR

KAPTEN
Kemana Comol?

PANIEKA
Comol? Tak tahu saya Kapten. Bukankah dia di sini bersama Kapten?

KAPTEN
Aku baru saja kembali. Dia tak ada di sini. kau tidak melihat dia ke darat?

PANIEKA
Entahlah Kapten. Saya tak berani terang-terangan terlihat. Saya hanya sempat membawa perbekalan dan Dukun ini

KAPTEN
Kalau begitu dia ada di dalam. Atau dewa laut itu sudah menculiknya

PANIEKA
Mungkin dia di dalam, Kapten

KAPTEN
Panieka

PANIEKA
Ya Kapten

KAPTEN
Bawalah perempuan itu ke darat

PANIEKA
Kapten

KAPTEN
Kalau aku biarkan lebih lama di sini, kutembak dia. Kalau kau tahu dia membawa wabah, tak akan kubiarkan kau menghampiri kemari.Ambilah dia sekarang

PANIEKA
Ya, saya tahu bagaimana pun saya harus mengatakannya pada Kapten. Kemarin tak berani saya jelaskan pasti. Kalau Kapten tahu, Kapten tidak akan membiarkan saya mendekat. maafkanlah saya bukanberbohong Kapten

KAPTEN
Sekarang tak ada maaf lagi, Sudah terlalu banyak. Sudah waktunya bagiku untuk menghilangkan kesabaran. Bawalah dia Panieka. Aku emmang bertanggung jawab untuk kamu semua, tapi kalau kau mulai menyalah gunakan tanggung jawab itu, aku bisa memisahkan kau dari tanggung jawabku. Di sini kau tahu sekarang bahwa seorang manusia yang terpojok seperti aku, mulai memikirkan kepentingan dirinya sendiri

DUKUN
Benar Kapten. Demi keselamatan anak gadis itu, kalau memang ia kena cacar, sebaiknya dibawa ke darat

KAPTEN
Aku mendengar pak Dukunmu berbicara. Akan kucoba memercayainya. pak Dukun…

DUKUN
Saya, tuan Kapten

KAPTEN
Bapak orang pintar bukan?

DUKUN
Tidak, tuan Kapten. Saya tidak tahu apa-apa

KAPTEN
kalau tidak, kenapa bapak kemari?

DUKUN
Saya bisaa dipanggil orang, Kapten. karena saya tidak tahu apa-apa. Saya datang untuk mengetahui apa kebodohan saya, apa yang belum saya ketahui

KAPTEN
Tahukah Bapak, apa itu yang disebut Dewa Laut?

DUKUN
Kalau perlu tuan Kapten

KAPTEN
Kalau perlu bagaimana?

DUKUN
Kalau prrlu saya tahu, kalau tida, ya…tidak

KAPTEN
Benarkah di sini ada dewa laut?

DUKUN
Kalau tuan Kapten percaya, dia tentu ada. Tapi kalau tuan Kapten tidak percaya, ya tidak ada

KAPTEN
Kalau begitu saya katakan pada bapak sekarang. Saya tidak mau kalau ada

DUKUN
Coba sajalah tuan Kapten

KAPTEN
Kemarin saya memburu suara aneh, emnembaknya satu hari satu malam, saya tetap menembaknya. Panieka lentera itu pasti ada yang menyalakannya, bawalah turun, siapa tahu si bongkok kumat lagi penyakitnya. Dia bisa memperkosa perempuan itu. Tidak peduli perempuan itu sakit cacar

PANIEKA TERSENTAK LANTAS MENGAMBIL LENTERA

PANIEKA
Astaga, benar Kapten?  Aku bunuh kalau dia main gila!

IA MASUK PERUT KAPAL, KAPTEN MONDAR-MANDIR LAGI

KAPTEN
Aku melihat sesuatu di balik kabut. mula-mula aku membiarkannya saja, sehingga dia bertambah besar. Akhirnya kucari dan kubuktikan apa sebetulnya itu, ternyata hanya kekosongan yang besar. benar apa yang bapak katakan, dia ada kalau kita memercayainya. Tapi saya ingin bertanya, apakah yang ada itu selalu ada dan apakah yang tidak ada itu selalu tak ada?

DUKUN
Tidak, tuan Kapten. Menurut pendapat saya, yang tak ada itu ada. Sebab kita selalu mencarinya. Sedangkan setelah dia ada kita tidak memedulikannya, seolah-olah sudah tak ada

KAPTEN
Itu tak benar. Sesuatu yang tak ada setelah kita mencarinya adalah benar-benar tak ada

TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA JERITAN, PANIEKA KAGET. DISUSUL KEMUDIAN DENAGN MUNCULNYA IA KEMBALI DENGAN MATA TERBELALAK

PANIEKA (Memandang Kapten Leo dengan aneh)
Kapten! Kau membunuhnya!

KAPTEN
Apa?

PANIEKA
Ya Tuhan! Kejam sekali! Terkutuklah pembunuh! kau sudah gila!

KAPTEN
Bicara yang benar, Panieka!!

PANIEKA
Setankah kau, Kapten! Gila! Binatang buas!

(Ia dengan kalap menyerang Kapten, Kapten terkejut, memukulnya dengan popor senapan)

Binatang! Pembunuh gila!

(Ia bangun hendak menyerang  lagi, tapi dipukul lagi dengan popor senapan)

Pembunuh! Orang gila! Laknat!

KAPTEN MENDEKAT DAN MEMUKULNYA TERUS, KARENA PANIK, PANIEKA TERJUN KE LAUT

KAPTEN
Aku tidak gila! Awas aku bunuh kau kalau sekali lagi mengatakannya!

KEMUDIAN KAPTEN MELANGKAH DENGAN CURIGA KE PERUT KAPAL. MULA-MULA IA TERTEGUN SESAAT, KEMUDIAN MUNDUR DENGAN TAKUT

DUKUN
Masuklah Kapten, tidak akan terjadi apa-apa. Saya menjaga tuan Kapten

KAPTEN
Comol….Comol….

KEMUDIAN KAPTEN CEPAT MASUK PERUT KAPAL. TAK BERAPA LAMA KEMUDIAN IA MENJERIT SEPERTI PANIEKA. KEDENGARAN RIBUT-RIBUT, DIAM-DIAM DAYU SANUR KELUAR, HATI-HATI IA MELANGKAH HENDAK TURUN KE TEMPAT SAMPAN. TAPI DUKUN ITU DENGAN TENANG TELAH BERDIRI DI SANA, MENEGURNYA

DUKUN
Mau kemana kak?

DAYU SANUR TERKEJUT LALU PADA SAAT ITU MUNCUL KAPTEN.

KAPTEN
Terkutuklah! Comol telah menyembelih perempuan itu (Ketika dia melihat Dayu Sanur, marahnya tak terkendalikan) Siapa kau, Leak? (Dayu Sanur diam saja) Terkutuk…….!

KEMUDIAN DENGAN KALAP DIPUKULNYA DAYU SANUR DENGAN POPOR SENAPAN. DAYU SANUR JATUH TAPI TIDAK MENGELUARKAN SUARA. SAMBIL MEMAKI-MAKI, KAPTEN TERUS MEMUKULNYA

Setan! Jahanam! Mana Comol!? Kau bunuh juga dia!?

DUKUN
Tidak ada gunanya Kapten

KAPTEN TERTEGUN MELIHAT PEREMPUAN ITU TIDAK APA-APA. DAYU SANUR BANGUN LAGI DAN MENGEJEK

KAPTEN
Tidak! Tidak mungkin! (Cepat Kapten mengangkat senapannya dan mengokang serta membidik kea rah Dayu Sanur. Dukun itu dengan cepat mencegah)

DUKUN
Jangan tuan Kapten. Ini bagian saya. Dia adalah musuh saya. Sayalah yang menyelesaikannya (Ia menyingkirkan Kapten, kemudian mendekati Dayu Sanur)

DUKUN
Sudah lama kakak saya peringatkan, masih saja kakak berbuat seperti ini

DAYU SANUR
Kakak minta maaf, kakak memang bersalah

DUKUN
Kalau begitu, ya hentikanlah sekarang. Pulanglah! (Dukun merenggut ikat pinggang Dayu Sanur) Berhenti sekarang kau jadi orang pintar

DAYU SANUR
Anakku…anakku….(Ia berdiri, Dayu Sanur menggeliat kesakitan, kemudian jatuh menangis) Dayu….Dayu badung….(Dia berdiri serta merangkak masuk ke perut kapal) Dayu Badung….Dayu Badung…..

DUKUN
Tuan Kapten melihat semuanya itu?

KAPTEN
Demi Tuhan. Aku tidak melihat semuanya itu, aku tidak melihat apa-apa

DUKUN
Baiklah tuan Kapten. Kalau begitu bagi tuan Kapten semuanya itu memang tak ada. Saya sekarang akan membawanya pulang. Tiga hari lagi dia akan meninggal karena dosanya sudah terlalu banyak (Sambil masuk ke perut kapal) Dayu, mari pulang….

KAPTEN BERLARI KEBINGUNGAN. DIA TERINGAT COMOL

KAPTEN (Berbisik)

Mol! Comol! (Bertambah keras sambil bergerak ke tepi geladak) Mol….Comol! Comol……

ADEGAN SEBELAS


LAMA SETELAH ITU. MALAM ITU JUGA
HUJAN LEBAT, KAPTEN LEO MEMBIARKAN DIRINYA KEHUJANAN. IA BERDIRI MEMELUK LUTUT SENAPANNYA SAMBIL MEMANDANG KE TENGAH LAUT. SUARA OMBAK KEDENGARAN BERTAMBAH KERAS

SUARA
Kapten! Kapten!

KAPTEN TIDAK MENYAHUTNYA, BEBERAPA LAMA KEMUDIAN MUNCUL ADENAN MEMIKUL MAYAT COMOL DIIKUTI RUBI

ADENAN
Kapten…. (Kapten tak menoleh) Kapten, kami tak tahu apa-apa, ya kami mendapatkan ini secara kebetulan. ketika kamis edang meninggalkan pantai seratus meter mayatnya seperti mendekati kami (Ia meletakkan mayat Comol di lantai) Seorang lagi telah meninggalkan kita. Juru masak yang baik, tadi siang saya bercakap-cakap dengannya. Waktu itu Kapten belum pulang

KAPTEN
Letakkan saja di sana Adenan

ADENAN
Saya tidak tahu apa-apa

KAPTEN
Kau juga tidak tahu apa-apa Rubi?

RUBI
Tidak Kapten

KAPTEN
Jadi bukan kalian yang mengganggunya. kalau begitu mungkin dewa laut itu

ADENAN
Kapten…..

KAPTEN
Atau dia mencari perempuan ke darat. lalu suami perempuan itu melemparnya ke sampanmu. Suruhlah dia bicara

ADENAN
Tak tahulah Kapten, dia sudah mati, tak mungkin memberi keterangan

KAPTEN
Suruhlah dia bicara. orang mati adalah orang yang paling jujur

ADENAN
Ah, Kapten. Tak mengerti saya

RUBI
Dia sudah gila!

KAPTEN
Belum Rubi, mungkin sebentar lagi, Mol! Kenapa kau mati? Suruhlah dia bicara sabahatku Adenan

RUBI
Dadanya kena tembak!

KAPTEN
Terima kasih Rubi. Siapa yang menembaknya? Dewa Laut?

RUBI
Bukan. Kapten!

ADENAN
Tenang Rubi

KAPTEN
Coba ulangi

RUBI
Kenapa Kapten menembaknya?

ADENAN
Hati-hati Rubi!

KAPTEN
Biar saja Adenan, kenapa aku menembaknya, bukan Dewa aut (Sekarang dia berdiri mendekati mayat Comol) Comol telor mata sapiku, benarkah aku yang menembakmu. Dia tak mau jawab kawan-kawan

ADENAN
Ya sudahlah Kapten. Mari kita buang ke laut. hanya saja terangkan pada kami apa salahnya

KAPTEN
Sebenarnya tidak ada, tapi kalau dikumpulkan ada juga. Dia masih hidup! Seharusnya sudah lama mati. Dia terlampau setia padaku

RUBI
Bangsat! Dia sudah gila! (Rubi memukul Kapten dan merampas senapannya, Kapten Leo tidak melawan)

ADENAN
Jangan Rubi! Kita belum tahu perkaranya

RUBI
Aku benci! Aku benci kali pada kau!

RUBI MENGOKANG SENJATA. ADENAN MENCEGAHNYA

ADENAN
Jangan menambah korban lagi Rubi!

(Adenan menembak, tapi sempat membelokkan arahnya, tapi masih mengenai lengan Kapten. Kemudian adenan ebrhasil merebut senjata itu karena gugup)

Kau sudah gila! (Ditamparnya Rubi sampai jatuh)

KAPTEN (Sambil memegang lengannya)
Kau bodoh sekali Adenan, teruskanlah menembakku sebelum aku menembakmu. Lepaskan aku dari kegetiran ini. Aku sudah sempat ke puncak kesanggupanku. Lepaskan aku Adenan

ADENAN
Kapten sabarlah

KAPTEN
Tidak bisa lagi Adenan. Kesabaranku telah menghancurkan kesadaranku. Sejak kemarin aku merasa dirikulah yang paling benar. Karena itu aku takut aku akan gila. AKu pernah ke tengah laut mencari suara itu, sehari semalam dalam topan dan hujan, aku hanya menjumpai kekosongan dan kelengangan yang sepi. Demi Tuhan, untuk kali pertamanya aku merasa sangsi. Ketika sore aku pulang, kudengar suara melolong lagi dari sini. Aku tak berpikir lagi, aku hanya meyakinkan diriku. Aku menembak seperti orang gila. Aku percaya sekarang, aku telah melakukan kesalahan yang aku kerjakan dengan yakin, karena tidak tahu itu adalah kesalahanku. Demi Tuhan, sebelum kegetiran ini menghancurkanku, tolonglah aku Adenan…..

ADENAN
Kapten bersungguh-sungguh?

KAPTEN
Aku menyembah padamu Adenan, tembaklah aku, itu lebih baik daripada aku hidup

ADENAN
Baiklah Kapten. Kalau begitu saya lakukan demi Kapten sendiri

KAPTEN
Kalau ada yang menanyaimu, akatakanlah aku bunuh diri. Kalau sempat ke Maluku, sampaikan salamku pada Rita, cintanya belum sempat aku perhatikan

ADENAN MEMBIDIKAN SENAPANNYA PADA KAPTEN LEO. TIBA-TIBA KAPAL ITU BERGERAK DENGAN KERAS. TEMBAKAN ITU MELETUS TAPI KAPTEN DAN ADENAN SAMA-SAMA JATUH. MEREKA BERDUA KEHERANAN. DENGAN SUSUAH PAYAH MEREKA BERDIRI BERPEGANGAN SUPAYA TIDAK JATUH LAGI

RUBI
Ya Tuhan, kapal ini bergerak!

ADENAN
Pegang kemudi Rubi!

ADENAN BERSORAK KEGIRANGAN. KAPTEN LEO MEMEGANG LENGANNYA YANG LUKA. IA MENGANGKAT BADAN COMOL DAN MENDONGAKKAN KEPALA YANG KAKU ITU KE TENGAH LAUT

KAPTEN
Lihat Mol! Kita sudah mengalahkan dewa laut…. Ya Tuhan kenapa begitu terlambat!? Begitu terlambat!

HARIMAU LAUT BERGERAK KE TENGAH, HUJAN SEMAKIN DERAS DAN SUARA OMBAK SEMAKIN MENGHEMPAS

DAN SETERUSNYA…..



SELESAI

Jakarta 2 Desember 1980







Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Serba - Serbi Naskah Drama - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger